Kampanye Prabowo di Gerbang Bung Karno Luber Sampai ke Jalan (1-3) : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » Uncategorized » Kampanye Prabowo di Gerbang Bung Karno Luber Sampai ke Jalan (1-3)

Kampanye Prabowo di Gerbang Bung Karno Luber Sampai ke Jalan (1-3)

(385 Views) Oktober 11, 2019 6:21 am | Published by | No comment



Saya memutuskan ikut kampaye Prabowo – Sandi, calon presiden 02 di Gerbang Bung Karno (GBK), Jakarta (Minggu, 7 April 2019). Saya perkirakan massa akanmembludak pada pukul 8:00-10:WIB, karena kampanye dimulai pada pukul 6:00-10:00 WIB., berdasarkan izin kampanye. Akan tetapi, pendukung Prabowo Sandi sudah memadati Gerbang bung Karno (GBK) sejak malam (Sabtu, 6 April). Mereka melakukan salat Malam (tahajud) dan Salat Subuh (pada tanggal 7 April 2019).

Saya berangkat dari rumah berjalan kaki melalui Pejompongan, melewati soto mie langganan di depan Apotik Kimia farma, ternyata sudah buka pukul 7:20 WIB, saya makan dulu. Ada dua orang bapak berbaju putih yang juga sedang makan soto mie. Dari pembicaraaan mereka, sudah saya duga, mereka juga akan ke GBK. Salah seorang penjual soto mie menyampaikan bahwa tadi malam ia ke GBK sudah ramai dengan pedagang kaki lima. Selesai makan, mereka berangkat naik motor menuju GBK.

Sambil makan ada beberapa kendaraan roda empat dan roda dua yang menuju ke arah GBK, terlihat dari atribut yang mereka gunakan, mengibarkan bendera PKS, Gerindra, atau berbaju putih. Tidak banyak. Selesai makan, saya jalan kaki pelan-pelan menuju GBK, dan di jalan berpapasan dengan beberapa orang ibu (2-3 orang) yang berpakaian dan membawa tas bernuansa koalisi pasangan calon (paslos) 02. Mereka baru saja pulang dari GBK. Semakin dekat GBK, terlihat beberapa orang bapak-bapak berpakaian putih masuk ke salah satu penginapan ( di daerah Pejompongan, banyak sekali penginapan kecil). Mudah ditebak, sebagian massa yang ikut kampanye Prabowo.

Sampai di Jl. Farmasi (di depan kompleks Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintoharjo dan Akademi Perawatan Hang Tuah Jakarta), mulai terlihat bus dan kendaraan roda empat yang di parkir di pinggir jalan. Ada beberapa rombongan keluarga yang baru saja tiba. Kendaraan sengaja di parkir di area itu, agar mudah pulang dan tidak terkena macet, karena banyak jalur alternative ke arah Pejompongan dan Bendungan Hilir.

Saya mulai bingung karena jembatan penyeberangan terletak di depan DPR. Jika melewati jembatan penyemberangan, perjalanan akan lebih jauh. Tak lama, ada seorang laki-laki dan seorang wanita berbaju putih turun dari taksi. Pasti menuju GBK, saya ikuti dari belakang, mereka menuju jalur kendaraan Jl. Gatot Subroto dan putar balik ke jalan layang Ladogi. Kemudian mereka memanjat jalan itu (tidak jalan berputar sesuai jalur kendaraan) untuk naik ke jalan layang Ladogi. Setelah sampai di atas, mereka melompati pagar setinggi pinggang, untuk sampai di jalan layang Ladogi. Saya ikuti dan ternyata di jalan layang Ladogi sudah penuh dengan parkir kendaran roda dua dan kendaraan roda empat yang terletak di bagian tengah jalan, terjebak oleh kemacetan jalan, karena semua kendaraan parkir di jalan. Dari cara parkir kendaraan, terlihat parkir kendaraan roda dua berada di sisi jalan, rapi, sehingga bagian tengah jalan masih dapat digunakan. Akan tetapi, kepadatan kendaraan menyebabkan kendaraan yang berada di bagian tengah jalan terjebak.

Saya menyelip di antara kendaraan menuju GBK, kendaraan rapat dan padat. Sebagian pemilik kendaraan yang ingin pulang (atau baru datang) tidak bisa bergerak, karena macet total. Saya menuju median jalan, dan pikiran itu juga dipikirkan oleh pejalan kaki yang lain. Mereka berjalan di median jalan menuju ke GBK atau sebaliknya, menuju pulang, karena di jalur jalan padat kendaraan roda empat dan roda dua, sulit untuk menyelip di antaranya.

Saya berjalan di median jalan sampai di depan GBK, sebelum pintu 7. Begitu ada celah, saya menuju trotoar. Trotoar lebar itu sungguh melegakan, dapat berjalan kaki dengan nyaman di banding berjalan kaki di jalur median jalan. Trotoar tidak hanya dikuasai oleh pejalan kaki, tapi ada pedagang kaki lima yang berjualan di sisi kanan dan kiri jalan.

Akan tetapi, pedagang tidak menganggu pejalan kaki, karena mereka hanya mengambil ruang dengan lebar 1 meter dan memanjang sampai pintu 7, pada jalur trotoar dengan lebar 4 meter itu. Pedagang yang datang pertama kali berjualan di dekat pintu 7, pedagang yang datang belakangan, mengikuti jalur yang ada, sehingga membentuk garis (tidak bergerombolan di pintu 7, karena area ini, titik paling padat pegunjung).

Pedagang makanan mendominasi di sebelah kiri, karena ada bak tanaman yang dapat digunakan sebgai tempat duduk bagi pembeli yang makan di tempat. Sedangkan pedagang selain makanan, berdagang di sebelah kanan, walau ada juga pedagang makanan yang berjualan di sebelah kanan. Jalur pedagang kaki lima dadakan itu rapi, tidak saling menganggu, antara pejalan kaki dan pedagang, karena trotoar lebar dan lapak pedagang teratur (membentuk garis).

Saya tiba di pintu 7, kira-kira pukul pukul 8:30 WIB. Bapak Prabowo sedang berpidato, tidak terlalu jelas terdengar. Di sebelah kiri , dekat pintu 7, petugas keamanan berpakaian lengkap, duduk –duduk dengan tenang. Kendaraan mereka berdiri di dekat itu. Saya menuju stadium GBK. Ada dua jalur, jalur kiri dan kanan, di jalur kanan sebagian besar massa menuju pintu keluar. Di jalur kiri, sebagian massa menuju stadium Utama. Di trotoar sebelah kiri, saya melihat spanduk yang berisi tanda tangan pendukung Prabowo Sandi, panjang spanduk, antara 20-30 meter, semua terisi tanda tangan, tidak ada celah, padahal saya juga ingin tanda tangan.

Semakin dekat ke GBK, ada mobil pemadan kebakaran pemrov DKI yang sedang parkir. Ada selang air dengan 4 kran di sana. Untuk wudhu. Saya membuka kran air itu, mencuci tangan, ada dua orang laki-laki melakukan hal serupa. Massa penuh tapi tidak terlalu padat. Saya duduk sebentar di kursi taman, sambil mengamati lingkungan sekitar. Sudah lama tidak ke GBK, dulu sering lari mengelilingi stadium utama, dan tidak ada pagar menuju jalur tersebut. Sekarang ada. Saya lihat dari luar, jalur lari itu penuh, semua duduk di atas sajadah. Tapi masih ada yang keluar masuk menuju stadium, sepertinya masih bisa menelip. Saya ikut orang yang masuk ke dalam jalur lari dan masuk menuju stadium. Saya naik ke lantai dua, ingin duduk di dalam, tapi di area pintu masuk tertutup orang yang berdiri, rapat. Saya putuskan naik lagi ke lantai berikutnya. Ada ruang ber AC, kosong, di balik ruang itu terdapat tempat duduk, rupanya tribun paling atas. Tapi tidak ada lagi tempat duduk kosong, hanya ada 3-5 orang yang berdiri. Saya lihat masih ada celah di sudut, kosong, bisa satu atau dua orang berdiri di sana. Saya masuk ruang berpendingin udara (AC), kemudian keluar menuju ruang tribun itu, berdiri di sudut.

Ternyata saya berada di deretan bangku paling tinggi dan paling akhir dari stadium utama ini. Saya perhatikan sekeliling, semua tempat duduk terisi penuh sampai tribun paling atas, hanya tempat duduk yang terletak persis di depan saya (di belakang panggung tempat Pak Prabowo pidato- kira-kira 50-70 kursi yang kosong, saya kira karena sinar matahari langsung mengenai area itu.



Categorised in:

No comment for Kampanye Prabowo di Gerbang Bung Karno Luber Sampai ke Jalan (1-3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>