Jarak Sosial dan Jarak di Ruang Publik Dalam Situasi Pandemi : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » Uncategorized » Jarak Sosial dan Jarak di Ruang Publik Dalam Situasi Pandemi

Jarak Sosial dan Jarak di Ruang Publik Dalam Situasi Pandemi

(526 Views) April 2, 2020 5:03 am | Published by | No comment



Pada saat membayar di kasir, saya dengan segera menjaga jarak dengan pembeli yang ada di depan, lebih kurang 2 meter. Salah seorang pegawai supermarket mengatakan bahwa jarak saya terlalu jauh, sambil menunjuk garis batas kuning yang sudah dibuat, agar ada jarak antara pembeli yang satu dengan yang lain, pada saat antri di kasir (jarak garis kira-kira 1 meter). Tapi, pembeli yang di belakang (wanita) tidak menyadari adanya garis batas itu. Ia dengan tenang berdiri di belakang saya, mendekat. Langsung saya tegur sambil menunjuk garis batas antrian. Ia tersadar, dan mundur berdiri di garis batas.

Saya dengan sengaja menjauh dari pembeli yang berada di depan, karena sudah mengetahui bahwa perlu ada jarak dengan orang asing di tempat umum pada saat kondisi kota sedang dilanda virus Corona. Sedangkan, pembeli yang berada di belakang saya menganggap situasi masih normal, sehingga ia dengan tenang tidak memberi jarak dengan pembeli yang ada di depannya (saya). Dalam keadaan normal, jarak antara pembeli di area kasir berkisar antara 20-40 cm, tergantung banyak-sedikit yang antri, semakin banyak, maka antrian akan semakin rapat.

Berapa sebenarnya jarak antara seseorang dengan orang lain di ruang publik dalam keadaan normal? Menurut Edward T Hall dalam buku The Hidden Dimension, jarak personal antara seseorang dengan orang yang kenal/dekat antara 45 cm-75 cm, dengan jarak itu seseorang dapat memegang/menjangkau orang lain. Istri dapat berada dalam ruang personal suami. Sedangkan jarak sosial antara 120 cm-210 cm. Jarak ini akan memberikan ruang bagi seseorang untuk melihat lawan bicaranya secara utuh dari kepala sampai kaki (dua orang atau lebih yang saling kenal atau saling berkomunikasi). Sedangkan jarak seseorang dengan orang lain di ruang publik antara 360 cm- 1050 cm (tidak sedang dalam interaksi sosial).

Secara alami, orang Indonesia, jika berada di ruang publik dan saling kenal (akrab), mereka akan bersalaman (kontak fisik) dan berbicara dengan jarak 100 cm- 120 cm. Ada rasa sungkan (ewuh pakewuh), jika jarak antar keduanya terlalu jauh.

Di dalam ruang publik yang tertutup, misal supermarket atau kendaraan umum (bus), jarak disesuaikan dengan besar ruang. Mereka (yang tidak saling kenal) akan berusaha mencari ruang kosong dan tidak menumpuk di satu area, jika kondisinya memungkinkan.

Tentu saja, teori jarak ini berbeda bila dihubungkan dengan penyebaran virus Covid 19. Penyebaran virus Covid 19 melalui tetesan yang berasal dari bersin dan batuk. Pada saat seseorang bersin, jarak virus yang menyebar ke sekitarnya melebihi jarak sosial (120cm-210 cm), atau jarak di ruang publik (antara 360 cm- 1050 cm), begitu pun pada saat batuk. Penyebaran virus di ruang tertutup lebih beresiko dibanding ruang yang luas dan lapang atau di ruang terbuka yang langsung terkena sinar matahari.

Walaupun warga sudah diminta oleh pemerintah kota untuk selalu berada di rumah, akan tetapi pada saat tertentu terpaksa meninggalkan rumah, ke supermarket untuk membeli bahan makanan atau ke apotik. Untuk itu, pilih supermarket yang luas, agar dapat menjaga jarak dengan pembeli yang lain. Atau, dapat berbelanja di pasar tradisional yang terletak di ruang terbuka dan belanja pada saat sepi pembeli. Hindari berada di dalam ruang tertutup, misal lift, supermarket (toko) kecil/sempit yang ruang geraknya terbatas, dan gunakan kendaraan pribadi.

Ruang visual sangat diperlukan untuk bergerak atau menjaga jarak fisik di ruang publik. Mata akan mengidentifikasi kondisi sekitar dan memandu langkah ke arah jalur yang paling baik (resiko paling kecil) ; kerumunan orang, orang yang terlihat sakit-sehat, jalur atau ruang untuk menghindar, jalur atau ruang yang aman untuk dilalui. Informasi ini akan memberi petunjuk untuk mendekat atau menjauh dari orang atau ruang. Ruang yang luas lebih mudah untuk menghindar.

Secara sosial, jarak fisik tidak menghalangi seseorang berinteraksi dengan orang lain atau kelompok. Mereka dapat berkomunikasi melalui email, whatapps grup, telepon, media social, dan lain sebagainya. Akan tetapi, untuk menggunakan ruang publik, mereka harus menahan diri, karena terlalu banyak resiko yang tak kasat mata dalam menggunakan fasilitas umum secara bersama, dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk menjaga jarak dengan orang lain.



No comment for Jarak Sosial dan Jarak di Ruang Publik Dalam Situasi Pandemi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>