121. Gunawan Tjahjono Sebagai Peneliti bab 26a
(522 Views) Agustus 14, 2022 9:11 am | Published by Safitri ahmad | No comment
Pada beberapa kesempatan, Gunawan suka melontarkan hasil penelitiannya:
tentang ruang kota dan tawuran pelajar, tentang arsitektur Jawa, tentang
Masjid yang dibangun di pinggir sungai di daerah Kota, Jakarta Utara, dan
tentang rumah arsitektur Minahasa yang berusia 150 tahun. Saya selalu
menyimak cerita tentang penelitian itu. Kesimpulannya : ia suka meneliti.
Kalau semua penelitian itu dihubung-hubungkan, pasti berhubungan dengan
perilaku masyarakat dan ruang. Kenapa Gunawan tertarik meneliti, siapa
yang mempengaruhinya? Gunawan menyebut nama : Budi Hartono dan (alm.)
Parsudi Suparlan. (Alm.) Pak Parsudi Suparlan, dosen di Kajian Pengembangan
Perkotaan, dan ia dosen favorit saya. Jika ia masuk kelas dan mulai mengajar,
waktu terasa cepat dan saya tak ingin kelas berakhir. Apalagi bila ia
menceritakan penelitiannya di Papua, di NT T, di kampung kumuh Jakarta, saya
sampai tak berkedip menatapnya, saking terkesan. Semua baru untuk saya, dan
antropologi menjadi sesuatu yang menyenangkan.
“Kapan Pak Gun mulai meneliti?”
“Setelah lulus S1, dapat proyek dari Pak Bian Poen tentang interaksi
masyarakat dan ruang/lingkungan. Misalnya jika ruangnya seperti “ini”,
bagaimana interaksi masyarakat di dalamnya. Saya lupa judul lengkapnya. Ada
questioner. Saya mengumpulkan data. Konsep penelitian itu dibuat oleh (alm.)
Pak Parsudi Suparlan dan Pak Budi Hartono. Saat itu saya juga belum begitu
tahu yang di sebut penelitian, jadi hanya membantu.”
Disertasi merupakan penelitian pertama yang dilakukan Gunawan. Ia meneliti
tentang arsitektur Jawa yang berjudul : Cosmos, Center and Duality in Javanese.
architectural tradition: the Symbolic Dimensions of house Shapes in Kota Gede and
Surroundings. Maksudnya, penelitian yang dari konsep sampai pelaksanaan
penelitian dikerjakan olehnya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, ia
hanya membantu.
“Penelitian pertama, pada saat disertasi. Setelah disertasi, penelitian dengan
Ibu Edy Setyawati di Kalimantan, meneliti tentang suku Kenyah. Suku Kenyah
yang dimukimkan kembali, di suatu tempat yang telah disediakan, namanya
Rukun Damai, di Kalimantan Timur.”
“Saya bagian dari tim. Ibu Edi Sedyawati dari arkeologi, Ibu Mutia Hatta dari
antropologi. Untuk arsitektur, saya dibantu oleh Bagoes Wiryomartono.”
“Apa yang Pak Gun teliti?”
“Konsep rumah, kami mencoba mendalami pemikiran mereka tentang rumah.
Mereka gambarkan, kita kumpulkan, dan ditulis.”
“Setelah penelitian Kenyah saya membantu Pak Edi Masinambau, melakukan
penelitian di Sulawesi Utara dan Maluku. Ini juga tim, dananya dari LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Penelitian tentang pertanian, bahasa,
dan arsitektur. Anggota tim penelitian ini menganggap pintu masuk penelitian
ini, arsitektur.”
“Meneliti tentang bahasa Melayu Bagian Timur yang lebih tua dari bahasa
Melayu Bagian Barat. Tentang kehidupan masyarakatnya. Saya belajar banyak
dari penelitian ini.”
“Pasti menarik ya Pak, meneliti bangunan tua, Bapak meneliti di daerah mana
di Sulawesi Utara, apa di Tomohon (salah satu kota yang pernah saya kunjungi
dan berkesan)?”
“Di daerah Minahasa, cari bangunan yang paling tua, dapat, usianya 150
tahun. Kemudian saya tanya pada orang yang paling tua yang bisa menjelaskan
tentang bangunan itu. Ketemu. Saya dijelaskan fungsi ruang. Ruang untuk
melahirkan itu, dekat dapur, kenapa ruang tempat melahirkan itu harus dekat
dengan dapur? Karena setelah melahirkan ia harus keringkan badannya. Dekat
dapur lebih cepat kering. Logikanya luar biasa.”
“Bangunan itu sudah mengalami 9 kali gempa tapi tidak roboh. Hebat. Ada batu
besar, langsung taruh balok diatasnya (memanjang). Kayunya sudah dimakan
rayap, tapi masih dihuni sampai sekarang.”
“Daerah mana saja yang Pak Gun kunjugi selama penelitian itu?”
“Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, (Gorontalo waktu itu belum
provinsi), dan Sangihe Talaud.”
“Tahun 1994, ada penelitian di Flores, menyusun strategi bagaimana
memberdayakan masyarakat membangun kembali rumah mereka setelah
terkena tsunami Flores.”
Hm…
“Saya harus mengetahui kebiasaan membangun masyarakat Flores seperti apa?
Tidak hanya membangunkan rumah, yang belum tentu sesuai dengan keinginan
mereka.”
“Meneliti kebiasaan membangun?” ujar saya rada-rada berpikir.
“Begini, judul penelitiannya adalah tradisi arsitektur, bukan arsitektur
tradisional. Itu dua hal yang berbeda.”
“Tradisi itu adalah sesuatu yang diturunkan. Jadi
tradisi itu ada hari lahirnya dan ada hari akhirnya. Itu
kan ciptaan manusia. Saat ia (tradisi) itu diciptakan,
tradisi yang baru diciptakan itu sangat modern dan
bisa menyelesaikan masalah? Karena kalau tidak, buat
apa ia diteruskan/dilanjutkan.”
No comment for 121. Gunawan Tjahjono Sebagai Peneliti bab 26a