63. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13e : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 63. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13e

63. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13e

(307 Views) Agustus 11, 2022 12:10 am | Published by | No comment



Jika janjian dengan Gunawan, saya selalu diberi waktu pukul 12:00 WIB, waktu
istirahat dan makan siang. Biasanya saya suka datang hari Jumat, karena waktu
istirahat lebih panjang. Rupanya, pikiran itu juga ada pada mahasiswa yang
ingin asistensi, atau tamu-tamu yang lain yang saya tak tahu untuk kepentingan
apa dan dari mana. Yang pasti, ia ingin menemui Gunawan, dan saya terpaksa
antri. Kapan ia makan siang? “Saya jarang makan siang,” kata Gunawan saat
saya tanya, tapi tak memberikan alasannya kenapa tak makan siang. Ternyata,
menurut istrinya,”Setelah makan siang ia ngantuk, padahal masih ada
aktivitas.”

Gunawan suka ikan, seafood, dan ayam pop (ayam rebus, pada saat akan
dihidangkan digoreng sebentar, sehingga warnanya tetap putih dan berminyak,
dipadu dengan sambal merah dan rebusan daun singkong. Hanya ada di
restoran Padang.) Jus kedondong juga suka, istrinya sampai membeli pohon
kedondong dan ditanam di rumah. Ia tak suka pedas, kalau makan goreng-
gorengan, paling dicocol sedikit. Jika ada waktu ia memasak,”Yang gampang-gampang saja. Masak mie. Masak kwe tiau,” kata Julien.



Untuk menjaga kesehatan, ia sekarang jadi vegetarian dan memasak mengunakan olive oil.
Lalu apakah Julien ikut terlihat memberikan masukan, kritik, serta saran atas
rancangan yang dibuat Gunawan untuk rumah yang akan ia tempati, rumah
Beji? “Saya terima saja, saya juga tidak menuntut untuk dibuat ruangan
tertentu, Bapak ingin eksperimen, ia kan arsitek. Ia lebih tahu.”

Gunawan berencana membangun rumah di sekitar kampus, karena kampus UI
pindah ke Depok. Seorang teman merekomendasikan sebuah tanah di kawasan
Beji. Julien, Gunawan, dan Elly survei mencari tanah tersebut, karena salah
arah, mereka akhirnya menemukan tanah ini (tanah yang ia tempati saat ini).
Mereka tertarik. Akan tetapi, tanah ini terlalu luas, 2000 m2, akhirnya bagi
tiga. Gunawan, Ferry (adik laki-laki) dan Elly (adik perempuan). Adik yang laki-
laki akhirnya tidak jadi, jadi bagi dua dengan Elly.

Elly belum sempat membangun lahannya yang ada di sebelah tanah Gunawan.
Ketika berniat membangun ada rencana kawasan ini akan kena gusur dari
Pemerintah Kota Depok. Gunawan juga ingin menambah ruangan untuk buku,
karena bukunya terus bertambah bukan berkurang, selain itu ia juga ingin
membuat bengkel kerja untuk Ary. Tapi ragu-ragu karena masih belum jelas
kapan rumah tersebut akan digusur.

“Apa Pak Gun sering kumpul dengan tetangga?”
“Tidak. Tidak ada waktu. Saya yang sering ikut arisan dengan ibu-ibu di sekitar
sini. Kalau giliran di rumah, saya gelar tikar saja di ruang tamu. Saya panggil
tukang bakso di depan. Atau pesan nasi ayam. Gampang. Simple.”
Keluarga punya anjing peliharaan, namanya Bulan. Nama pemberian Gunawan,
karena waktu kecil bentuk badannya bulat, sampai sekarang juga bulat. Lebih
manis dipanggil bulan memang, dibanding bulat…bulat…

Setiap saya datang, si Bulan selalu menghampiri dan mengonggong sampai
kencang. Saya selalu menghindar ketakutan. Tapi hari itu ia sakit, tidak galak
seperti biasa, malah bermalas-malasan di bawah meja, tak menghiraukan
kehadiran saya. “Ada satpam fakultas teknik yang suka anjing, dan ada anjing
yang anaknya banyak, Pak Gunawan ambil satu dan dipelihara sejak masih kecil,
sekarang usianya sudah 12 tahun, mau 13 tahun,” kata Julien.




No comment for 63. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13e

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>