108 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24b
(257 Views) Agustus 14, 2022 3:22 am | Published by Safitri ahmad | No comment
Fitri,
Wewenang untuk mengizinkan pengamat itu ada di tangan panitia. Jadi
saya tidak berhak mengizinkan atau menolak jika ada permohonan
demikian. Mungkin Anda perlu surati panitia. Siapa tahu mereka
mengizinkan. Anda dapat tanyakan hal itu ke Toton yang sering menjadi
panitia tentang keadaan saat menjuri. Untuk panitia UI saya belum tahu
seberapa ketat mereka ingin rahasia itu dipegang. Paling baik adalah jika
Anda ingin menjadi pengamat, jadi salah satu anggota panitia sayembara
IAI, pasti ada kesempatan mengamati perjalanan sayembara. Salah satu
kode etik yang perlu dipegang oleh pengamat demikian, dan juga juri
adalah tak membocorkan apa pun sebelum ada pengumuman resmi dari
panitia. Penjurian terakhir yang saya lakukan di Yogyakarta adalah bahwa
hingga selesai juga saya tak tahu nama pemenangnya, kecuali nomor
pesertanya. Jadi coba saja hadir pada saat penjelasan dan tanyakan pada
panitia di UI itu.
Sekian dulu dan salam,
Gunawan
Saya putuskan menulis email ke Emirhadi Suganda. Cari alamat emailnya
di web UI. Ketemu. Saya cocokkan dengan alamat email yang ada pada
panduan perancangan V, ia sebagai fasilitator. (email fasilitator pada mata
ajar Perancangan V). Sama. Saya email dan berbalas. Emirhadi meminta
saya menulis surat resmi agar dapat dibicarakan dengan anggota panitia yang
lain. Surat resmi dikirim via PT Pos, dua hari sampai. Tunggu. Kabar tak jua
datang. Tak kunjung ada kepastian, apakah saya diizinkan hadir atau tidak.
Sehari sebelum penjurian, pukul 16:00 WIB, datang SMS dari nomor tak
dikenal. Berbunyi, bahwa saya diizinkan hadir pada saat penjurian, hari Jumat
pukul 9:30 WIB tanggal 16 (Januari 2009) dan Senin pukul 10:00 WIB tanggal
19 (Januari 2009) saat presentasi, tapi tidak diperkenankan hadir pada saat
penentuan pemenang. Emirhadi.
Wah senang.”Tempatnya di mana?,” tanya saya melalui SMS, karena pada pesan
singkat itu tidak dijelaskan tempat dilaksanakan penjurian.
Dibalas ”Rektorat lantai 9”.
Rektorat lantai 9? Bukankah Rektorat hanya sampai lantai 8?
Pagi-pagi, pukul 9:30 WIB, Jumat, 16 Januari 2009, saya sudah sampai di
gedung rektorat. Naik lift. Di dalam lift ada seorang bapak bertanya ke bapak
yang lainnya, ”Lantai 9 dimana?”
”Itu, ruang sidang.”
Ok, ada seseorang menuju lantai yang sama dengan saya. Jadi tidak perlu
bertanya. Ikut saja.
Begitu pintu lift dibuka, bapak yang tadi bertanya berjalan keluar dan
menghampiri Emirhadi. Mereka bersalaman akrab. Saya menunggu. Setelah
mereka bicara sebentar Emirhadi mempersilakan bapak tadi untuk minum dan
mengudap makanan kecil yang telah disediakan di sudut ruangan. Giliran saya
menghampiri Emirhadi, memperkenalkan diri.
”Saya ”Safitri,” ujar saya mengulurkan tangan.
”Ibu Safitri,” ujar Emirhadi.
Seperti sudah tahu maksud dan tujuan saya ia langsung berkata ”Anda silakan
mengamati. Tapi nanti saat pengumuman pemenang tidak diperkenankan
hadir.”
”Pengumuman pemenang kapan Pak?”
”Nanti saya beritahu”
”Anda sedang menulis apa?”
”Saya sedang menulis buku tentang Pak Gun, tentang karya dan kegiatannya,”
tambah saya menjelaskan.
”Saya sudah bicarakan hal ini dengan Pak Gun juga,” sahut Emirhadi ramah.
”Silakan,” ujarnya lagi, mempersilahkan saya duduk.
”Terima kasih.”
”Saya bisa duduk dimana Pak,” kata saya sambil melihat berkeliling. Takut salah
duduk. Bisa malu-malu-in.
”Dimana saja. Silakan,” katanya lagi dengan ramah.
”Terima kasih.” Saya menghampiri meja baris kedua, sayap kanan.
Saya melihat berkeliling. Gunawan belum datang. Penataan meja dan kursi
dibagi menjadi dua sayap. Sayap kanan dan kiri. Masing-masing terdapat
dua baris meja dan kursi. Di atas masing-masing meja terdapat amplop besar
tertutup berwarna coklat bertuliskan panitia sayembara perpustakaan UI.
Ada 28 amplop. Di sudut kanan amplop coklat itu terdapat nomor peserta dari
kertas berwarna putih.
Lima menit berselang, Gunawan datang. Emirhadi menghampiri dan
menyalaminya. Setelah selesai bicara, ia sempat melirik saya, tersenyum
sedikit sambil mengangguk-angguk. Saya hendak berdiri menghampiri, tapi ia
menjauh, menemui Adi Purnomo (arsitek) dan Diane (dosen Strata 2 Arsitektur
UI). Saya duduk kembali.
No comment for 108 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24b