61. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13c : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 61. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13c

61. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13c

(204 Views) Agustus 11, 2022 12:08 am | Published by | No comment



“Ia selalu ingin share atas apa yang ia temukan
terhadap anak-anaknya. Misalnya waktu ia baca
tentang teori chaos ia juga share ke kita. Walaupun
kita tidak mengerti malah ia memberikan buku, ini
kamu harus baca.”

“Tiap pulang ke rumah pasti bawa buku,” kata Julien. Itu berarti tumpukan
buku semakin lama semakin bertambah. Lalu, bagaimana membawa buku-
buku itu pulang ke Indonesia? Gunawan ke supermarket atau ke toko buah,
mengumpulkan kardus. Buku-buku itu disusun dan dibungkus rapi di dalam
kardus, kira-kira 10-20 kardus. Kemudian dikirim dengan pos laut, dengan
alamat UI. Berapa lama buku-buku itu sampai di Indonesia? “Tiga bulan sampai
di Indonesia, gampang, ambil di kantor pos,” kata Julien.

Gunawan suka sekali buku, saya selalu kagum dengan koleksi yang ia punya, dan
selalu bertanya-tanya, bagaimana ia bisa mendapatkan buku bagus ini. Buku
Pattern Language karangan Christopher Alexander, dari Han Awal. Tidak perlu
bertanya untuk mengetahuinya, di halaman depan buku ada tulisan “Dari Bapak
Han Awal tahun 1978 oleh-oleh dari Amerika”. Buku lain, Paradise, Bensley Studio,
dari Putu Mahendra. Ada juga buku Landscape huruf kanji, yang saya tak paham
tulisannya tapi suka gambarnya. Selain rajin hunting ke toko dan pameran buku, ada
beberapa orang yang menghadiahi ia buku.

Pernah suatu hari, saya memperlihatkan buku tentang arsitek Indonesia padanya,
karya penulis lokal. Itu buku baru. Karena tak jumpa buku itu saya simpan di locker-
nya (di ruang tamu jurusan arsitektur) dan SMS jika ada buku yang mungkin menarik
untuk ia baca. Sepuluh hari kemudian, saya datang lagi dan melihat buku itu ada di
locker, berpikir pasti sudah dibaca. Buku itu saya ambil karena harus dikembalikan
pada yang punya. “Buku ini saya ambil ya Pak?” Gunawan berujar,”O..bukunya mau
dibawa?” Saya menyahut,”Iya, akan saya kembalikan pada yang punya.” Gunawan
mengambil buku itu dari tangan saya, membolak-balik halamannya, lalu memberikan
buku itu lagi ke tangan saya. “Lah Bapak belum baca?” “Belum,” katanya. “Jika Bapak
belum baca, silakan, pengembalian bukunya saya tunda.” Gunawan mengeleng. Ia
tak sudi membaca buku itu, kenapa?



Semua buku tidak dibaca sendiri : saya, dan banyak mahasiswanya yang lain dapat
meminjam dengan menuliskan : judul buku, kapan dipinjam, dan nomor telepon
yang bisa dihubungi, pada buku besar yang sudah disediakan khusus untuk para
peminjam. Mudah.

Ada saja cerita tentang Gunawan dan bukunya. Suatu hari, salah seorang mahasiswa
meminjam buku dan menghilangkannya. Padahal itu buku ada tanda tangan
penulisnya. Tentu, Gunawan marah besar, kata sumber yang dapat dipercaya. Kasus
lain, mantan mahasiswanya men-scan satu majalah luar negeri, karena tak hati-
hati satu lembaran robek. Ow…ow…ia sibuk mencari majalah tersebut di internet
dengan niat mengganti majalah itu. Apa daya tak ditemukan. Majalah sudah berusia
4-5 tahun yang lalu. Pilihan terakhir mengaku salah. Lembar majalah yang robek
diselotif, dan ia menghadap Gunawan dengan perasaan tegang. Menurut berita,
Gunawan hanya diam setelah mengetahuinya kenyataan yang sebenarnya.

Tak dapat berkata-kata. Cerita lain, ada beberapa buku yang tidak diizinkan melewati pagar
rumahnya, alias itu buku hanya bisa dibaca di dalam rumah. Saya pun merasa tak
nyaman meminjam buku Pattern Langguage, begitu buku selesai dibaca, segera saya
kembalikan. Masalahnya buku itu, oleh-oleh dari Bapak Han Awal, dari Amerika
pula, dan itu terjadi tahun 1978. Saya masih berusia 7 tahun. Nilai historisnya yang
saya jaga. Jika bukunya hilang, di Amazon (toko buku online) ada, tinggal pesan.
Beda usia Aji dan Puspa, 1 tahun, dengan Ary, 2.5 tahun.




No comment for 61. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13c

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>