32. Chia Yong Guan bab 7a : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 32. Chia Yong Guan bab 7a

32. Chia Yong Guan bab 7a

(258 Views) Agustus 7, 2022 11:42 pm | Published by | No comment



“Saya anak paling tua, tapi sebenarnya Ayah sudah mempunyai keluarga di
daratan China. Ia sudah punya istri di sana. Ia datang ke sini sebelum perang
dunia ke-2. Karena perang dunia, putus berita. Ia dengar di kampungnya sudah
ada penyerangan. Setelah itu ia kawin lagi dengan Ibu saya. Tapi setelah itu ia
tahu, bahwa istrinya (pertama) sebetulnya masih hidup.”
“Ayah berdagang ke Medan Pak?”
“Berdagang ke Medan, usahanya berkembang. Karena ada perang dunia ke-2,
tidak bisa keluar dari Medan, tidak bisa balik (ke China), hubungannya putus. Ya
sudah,” kata Gunawan pasrah.

“Setelah kondisi membaik, ayah sempat pulang ke China dan kembali lagi
ke Medan. Ia mungkin sangat menyintai Ibu saya. Di sana (di China), saya
sebetulnya ada kakak perempuan. Jadi kalau dihitung-hitung saya anak ke-2.”
“Saya dan adik saya yang laki-laki bedanya 3 tahun. Dengan adik yang
perempuan, bedanya 9 tahun. Ia dan kakaknya bedanya 6 tahun. Adik yang
laki-laki, Ferry Tjahjono (Chia Yong Kwang). Sedangkan adik yang perempuan,
Elly Tjahjono (Chia Siek Lie) mengajar di Departemen Sipil (Fakultas Teknik
Universitas Indonesia).”

”Saya diberi nama Chia Yong Guan oleh orang tua, yang berarti sumber
matahari,” kata Gunawan.
Hm…..saya percaya saja, karena saya tidak mengerti bahasa Mandarin.
”Lalu ….kapan nama itu berubah menjadi Gunawan Tjahjono Pak?
”Tahun 1967, saat orde baru menekan kelompok Tionghoa untuk asimilasi.
Artinya ya… Sinar kebajikan.”
Dilanjutkan dengan pertanyaan masa kecil.
“Keluarga cukup berada, Ayah saya pedagang, punya pabrik sepatu, namanya
Deli Work.”
”Ayah beli rumah, ada paviliun. Tapi paviliunnya tidak bisa dibeli. Di paviliun
ada orang lain yang tinggal. Rumah itu dibangun oleh anemer tapi tidak
sebagus yang dibangun orang Belanda. Rumah zaman dulu. Besar-besar dan
pekarangannya luas.”



”Waktu kecil Bapak suka bermain apa saja?”
”Main yang namanya guli (kelereng). Loncat segala macam. Permainan anak-
anak kecil. Tidak ada bedanya dari yang lain.”
”Pindah. Dari Medan Pusat ke Medan Baru.”
“Ayah memang agak aneh. Ia tidak suka/tidak mau tinggal di lingkungan
yang orangnya Chinese semua. Pindah ke Medan Baru. Jadi pergaulan saya
kebanyakan dengan anak-anak biasa.”
“Saya kira, saya untung juga karena Ayah memilih tempat tinggal yang bukan
homogen, kan ia bisa saja pilih tempat yang semua Chinese, semua omong…..
(maksudnya bicara bahasa Mandarin). Tinggal di situ jadi monolitik kita.”
”Ibu berasal dari mana?”
”Wah sudah macam-macam (Ibu Gunawan, berdarah campuran) dengan Siam
itu dekat. Suami Nenek saya abunya ada di Penang, Malaysia. Silsilah Ibu lebih
kompleks. Ayah langsung dari China daratan.”
“Saya sangat dimanja oleh Nenek yang perokok, minum kopi, sirih, dan judi.
Ada tempat sirihnya khusus. Tidak ada kerjaan. Gawat.”
”Nenek saya perokok tapi tidak candu. Namun pada usia 60 tahun mendapat
serangan jantung. Baru berhenti, setelah itu ia kena serangan lagi, waktu
menonton Muhammad Ali (petinju legendaris zaman dulu, kalau Muhammad Ali
bertarung di televisi semua orang pasti menonton).”




No comment for 32. Chia Yong Guan bab 7a

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>