112 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24f : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 112 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24f

112 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24f

(162 Views) Agustus 14, 2022 3:32 am | Published by | No comment



Kembali ke tempat duduk.
Adi Purnomo memeriksa karya peserta yang ada di dekat saya duduk, untuk
kesekian kalinya. Tapi kali ini berbeda. Tiba–tiba ia bicara.
“Ini di luar ekspetasi saya,” ujarnya.
Saya menoleh. Tumben. Tiba-tiba bicara. Perasaan dari tadi bolak-balik
memeriksa karya di dekat saya ia diam saja. Mungkin karena sudah kenalan.
“Jelek-jelek ya Mas,” sahut saya polos, tanpa rasa.
Mudah-mudahan komentar ini tidak didengar peserta sayembara.

“Kalau waktunya hanya 1 bulan, pantes hasilnya begini. Kalau sayembara yang
diadakan di luar negeri waktunya bisa 6-8 bulan.”
“Produknya banyak Mas?”
“Hanya 2 lembar, A1 (ukuran kertas).”
“Mas Adi pernah ikut?”
“Pernah dan panitianya menjelaskan TOR nya secara rinci, lewat email.”
Setelah itu diam…
Adi Purnomo meneruskan pekerjaannya. Saya juga.

Heran. Diane, Adi Purnomo, dan Gunawan dari tadi tidak terlihat istirahat.
Mereka terus berkeliling, memeriksa karya peserta. Rajin.
Yang saya tidak habis pikir, kenapa mereka tidak memeriksa secara urut,
misalnya dari nomor 1-28. Atau dari meja depan ke arah kiri terus ke kanan
lalu ke meja belakang.

Mereka memeriksa secara acak, sehingga ada karya peserta yang diperiksa
berkali-kali. Masing-masing juri bolak-balik memeriksa karya peserta dari
sayap kanan, balik ke sayap kiri, balik lagi ke sayap kanan. Saya sampai pusing
melihat mereka mondar-mandir tak karuan.
Kalau Gunawan. Pertama ia melihat semua karya secara berurutan. Setelah itu
ia kembali memeriksa karya yang telah dipilihnya, dan mencatatkan sesuatu
pada kertas yang dibawa. Ia memeriksa satu per satu lembaran karya peserta.
Dibaca. Lama. Sepertinya betul-betul meyakinkan diri akan pendapatnya
sendiri.



Gunawan tidak memberi kesempatan untuk bertanya, bagaimana ia menilai
karya peserta? Mungkin tidak ada waktu menjawab pertanyaan saya. Sibuk
memeriksa karya peserta.
Tapi saya coba cari-cari kesempatan. Saya dekati Gunawan pada saat
memeriksa dan ketika ada jeda langsung dicegat,”Kalau gambar ini, apa yang
pertama kali Pak Gun lihat?”
“Tentu kita harus lihat content nya terlebih dahulu. Bagaimana ia
menerjemahkan ke tapak dan lingkungan yang ada di sekitarnya? Lalu,
disesuaikan dengan TOR. Apakah sudah memenuhi ketentuan yang ada di
TOR?”

“Jadi Pak Gun menilai, mengacu pada TOR?”
“Betul.”
“Lalu, …” tanya saya ingin tahu lebih banyak, tapi terpotong oleh senyum
Gunawan. Ia mengangguk beberapa kali sambil berlalu. Pergi begitu saja tanpa
permisi. Pertanda pembicaraan harus berakhir. Saya bengong. Kemudian
sadar, tahu diri dan memutuskan diam. Sebel. Padahal seharusnya dengan
bertanya sambil menunjukkan gambar peserta yang ada di depan mata,
saya dapat mengetahui, apa pendapat Gunawan terhadap karya-karya itu.
Sebenarnya akan sangat menguntungkan bagi para peserta jika mengetahui
secara langsung pendapat dari Pak Ketua Dewan Juri itu tentang apa yang telah
mereka buat.

Juri yang salat Jumat datang. Makan siang juga datang. Hoka-Hoka Bento.
Hoka-Hoka Bento itu diletakkan di atas meja masing-masing. Saya langsung
membuka bungkusnya dan mulai makan. Adi Purnomo masih memeriksa karya
di dekat saya. “Makan dulu Mas” ujar saya sambil makan. Adi Purnomo hanya
tertawa kecil dan tetap memeriksa.

Setelah makan siang. Juri meneruskan pekerjaannya. Tiba-tiba Rektor datang.
Ia langsung menghampiri Gunawan, dan Gunawan memperkenalkan semua juri
pada Rektor. Rektor sempat melihat-lihat karya peserta sebentar, sebelum
akhirnya berbalik dan menghilang di balik lift.

Tak lama, sebagian Juri memberikan kertas hasil penilaiannya ke Emirhadi
yang sedang duduk di kursi pimpinan rapat. Emirhadi memasukkan data yang
diberikan setiap juri ke dalam lap topnya. Lap topnya juga sudah tersambung
ke in focus.




No comment for 112 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24f

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>