40. Murid bab 8b
(264 Views) Agustus 8, 2022 10:44 pm | Published by Safitri ahmad | No comment
Pada awal pertemuan, Gunawan memberikan kriteria tugas yang mendapat nilai
A, B, C, dan D. Nilai A : Tidak hanya menyampaikan fakta dan teori, akan tetapi
kritis dan tulisan itu dapat menjadi bahan diskusi. Nilai B : hanya membeberkan
fakta dan teori saja. Saya ingat, Gunawan pernah mengatakan, ”Kamu bisa
menilai sendiri tugas yang telah dikerjakan.”
Pada saat seminar proposal, seminar hasil, dan sidang tesis, jika Gunawan
hadir, murid selalu ingin tahu komentarnya terhadap kandidat master itu.
Komentarnya dianggap penting dan dibahas di antara murid, dan harus diingat
baik-baik agar tak mendapat komentar serupa.
Saya masih ingat dengan jelas, si Otong (bukan nama sebenarnya), teman satu
angkatan dengan saya, mempresentasikan ide penelitian tentang identitas
kawasan Kuningan, Jakarta. Ia belum benar-benar menyelesaikan presentasinya,
tapi Gunawan sudah menyambar dengan cepat, ”Ide itu sudah usang, (saya tulis
sekali lagi sudah usang) di internet banyak tulisan mengenai itu.” Saya kaget.
Melongo. Tak mengira ia dengan mudah mematahkan ide itu. Langsung. To the
point. Tak basa basi. Kemudian ia bergegas ke luar ruangan karena harus segera
ke TPAK.
Si Otong terdiam beberapa saat, lalu berjalan dengan lunglai ke arah
kursi yang berada di sebelah saya, duduk, dan berkata perlahan,”Duh gatot
(gagal total),” dengan wajah hampa. Sebenarnya saya ingin tertawa terbahak-
bahak, wajah si Otong benar-benar lucu, tapi ini tentu tidak sopan.
Untuk kasus saya? Saya mengajukan proposal tentang penyalahguna narkoba dan
ruang kota. Saya bicara terus sampai capek, Gunawan diam saja mendengarkan.
Setelah saya selesai, giliran ia yang memberikan komentar yang bikin saya diam.
Tidak bisa menjawab dan memutuskan, ”Saya pulang dulu ya Pak.” Ia tersenyum
sambil mengangguk-angguk. Dari komentar yang ia lontarkan saya menyadari,
bahwa ia memahami apa yang saya maksud.
Saat saya mempresentasikan proposal penelitian di depan kelas, di depan teman-
teman, di depan sekretaris program, di depan Gunawan. Saya melihat beberapa
teman yang berbisik-bisik di bangku belakang sambil menunjuk-nunjuk paper
proposal saya. Ia duduk di barisan paling depan, jadi tidak mengetahuinya.
Begitu sesi tanya jawab, ada yang bertanya, ”Kenapa Fitri mencari penelitian
yang sulit tentang penyalahguna narkotika, Fitri dari lansekap kenapa tidak
meneliti tentang lansekap.” (pertanyaan yang gampang ditebak dari orang
yang bukan berasal dari arsitektur/arsitektur lansekap dan saya sudah siapkan
jawabannya). ”Penelitian ini bagian dari arsitektur lansekap. Lansekap tidak
hanya bicara taman, tapi berhubungan dengan pengunaan ruang luar secara
menyeluruh.”
Dan jreng…dengan gerakan slow motion, Gunawan membalikkan badan ke
belakang, menatap tajam ke arah murid yang bertanya tadi,”Mahasiswa
selalu memilih tesis yang gampang-gampang saja. Tidak berusaha semaksimal
mungkin,” ucapnya jelas dan tegas. Saya langsung menunduk, dalam hati
berujar,” Rasa-in…”
Cara ia mendidik dan membuka pikiran, membuat saya ingin sekali dibimbing
tugas akhir (tesis) olehnya. Saya tahu ini tak mudah. Saya juga hafal bahwa
pertanyaan yang saya ajukan, harus saya pula yang menjawabnya. Tak apa. Saya
suka. Jika menemukan jawaban, saya menemui Gunawan untuk memberitahu
atau…memperdebatkannya, serasa punya lawan tanding dalam berargumen.
Tak imbang memang. Selalu kalah dan tak pernah menang. Namun, mampu
menjawab beberapa pertanyaan ia dengan gesit, sudah membuat saya senang.
Walaupun Gunawan sibuk, saya selalu mendapat waktu untuk konsultasi tesis.
Saya harus jauh-jauh hari meminta waktu, tidak mendadak sehingga ia dapat
mengatur jadual.
Semua teratur dan profesional sehingga saya-pun dapat
dengan mudah mengatur jadual kerja. Setiap ingin konsultasi, saya sudah
membawa semua hal yang dibutuhkan, apa yang perlu ditanyakan, paper yang
perlu diperiksa, dan buku yang perlu dibaca. Jangan pernah ketemu Gunawan
dalam keadaan tidak siap, bakalan diam-diaman. Ia juga mudah dihubungi lewat
SMS dan email. Seperti konsultasi pagi-pagi di Depok. Gunawan meminta untuk
No comment for 40. Murid bab 8b