30. Belajar Gaya Amerika bab 6b : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 30. Belajar Gaya Amerika bab 6b

30. Belajar Gaya Amerika bab 6b

(168 Views) Agustus 7, 2022 11:36 pm | Published by | No comment



”Tapi Charles Moore bagus sekali dalam studio. Ia tidak pernah memaksa.
Mendengar saja. Kita maunya apa. Dan studionya itu yang saya terapkan di
sini. Setiap minggu ada presentasi. Hari ini tentang site plan, nanti tentang
colour. Setiap minggu beda, ada 10 minggu.”
“Namanya Quarter. Sepuluh minggu. Tiga Quarter (sepuluh minggu. sepuluh
minggu. sepuluh minggu (30 minggu). Sangat kencang. Rasanya seperti berlari
100 meter. Anda start, harus sudah kencang. Tidak seperti semester, lima
belas minggu jadi lebih lamban.”

“Saya hidupnya di perpustakaan setiap hari, belajar 80 jam seminggu, pulang
karena ada anak dan mengantar istri belanja ke supermarket. Rambut saya
panjang waktu itu. Istri saya, saat pertama kali lihat kaget, diguntingin. Makan
saja di meja gambar, tidak di meja makan. Suasananya begitu hidup dan banyak
pressure,” kenang Gunawan bersemangat.
”Saya paling malas kalau ada mahasiswa yang mengeluh,” keluhnya.
Kalau urusan kerja keras Gunawan selalu bersemangat. Makanya ia selalu kesal
kalau ada mahasiswa yang malas. Mahasiswa itu harus seperti dirinya, harus
rajin, harus pandai, dan harus bekerja keras.

”Pak Gun lebih sering belajar dengan teman atau sendiri?”
”Lebih sering belajar dengan teman-teman. Teman-teman itu boleh dikatakan
yang terbaik dari negara mereka.”
”Disuruh baca buku. Minggu pertama baca apa, kemudian didiskusikan, kalau
tidak tahu, malu. Orang ngomong, saya tidak ngomong. Malu. Semua ngomong.
Rajin. Di kelas saya tidak ada orang Indonesia, ada dua orang Jerman, satu
orang : Turki, Itali, Yunani, Israel, Vietnam, Puertorico, Suriah, Venezuela, dan
Iran. Angkatan saya ada 27 orang tapi yang ambil urban design ada 12 kalau
tidak salah. Tidak banyak.”
“Kalau membaca buku dan ada istilah yang saya tidak paham…ya harus cari
lagi. Zaman itu (1983-1989) belum ada Google (mesin pencari di dunia maya)
lebih susah, harus ke perpustakaan. Dan waktu di UCLA (1981-1983), saya
dianggap working library sama teman. Ini tahu. Itu tahu….Tapi di Indonesia,
tidak ada yang puji. Sejak dulu saya sudah rajin baca jadi tidak ketinggalan,
maka saya tidak bisa tolerir mahasiswa yang malas. Tidak bisa. Saya
membangun dengan daya sendiri.



”Kompetisi di antara kita tidak pernah tumbuh, sehingga menyebabkan kita
menjadi malas,” argumen saya pada Gunawan.
”Betul. Kalau Anda ada di universitas Amerika yang bagus. Anda malu sendiri.
Semua orang melihat Kamu. Lalu Kamu melihat teman kamu presentasinya
bagus. Ini yang menyebabkan seseorang mau tidak mau terpacu menjadi the
best.”

”Anda bisa bayangkan, bukan saya menuntut terlalu banyak atau apa. Saya kira
kalau kita ingin sesuatu yang bermutu kita harus set standar yang lumayan
tinggi.”
“Saya suka cara Pak Gun mengajar, kalau Pak Gun siapa dosen favoritnya?”
“Waduh tidak ada dosen favorit, semuanya bagus sih. Horst Rittel yang tidak
punya ijazah S1 itu profesor. Tapi mereka tidak mengajar. Kita seperti sparing
partner. Jadi susah favorit. Spiro Kostof tidak beri kuliah, jadi kelas seminar,
mereka hebat sekali. Spiro Kostof, diskusi terus, seperti saya, cara menilainya
juga bikin paper.”

“Saya di UCLA mengambil course yang disebut history
of landscape. Saya dapat A+, saya di sini (Indonesia)
tidak pernah dapat nilai yang sangat tinggi kecuali
tugas dengan Pak Wondo dan Pak Gustav. Tapi
di UCLA saya dapat A+, saya selalu ditepuk-tepuk
professor ….”saya mau kasih A+++ tapi tidak ada.”
Sangat memuaskan dan di luar dugaan mereka.”
Bangga punya murid Gunawan.
“Di Berkeley saya dapat 6 A +. Saya tanya ke professor A+ itu artinya apa. Itu
ada dua. Pertama kamu bisa ajarkan mata pelajaran ini atau di zaman saya,
saya juga tidak bisa dapat seperti Kamu.”
”Wah… Pak Gun lebih pintar dari gurunya?” katanya saya sumringah.
”Tidak masalah, satu sistem pendidikan yang bisa meng-encourage adalah
sistem pendidikan yang bagaimana?,” jawab Gunawan biasa, tak merasa kalau
ia hebat. Saya suka.




No comment for 30. Belajar Gaya Amerika bab 6b

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>