92. Rektorat UI Karya Gunawan Tjahjono bab 20b : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 92. Rektorat UI Karya Gunawan Tjahjono bab 20b

92. Rektorat UI Karya Gunawan Tjahjono bab 20b

(196 Views) Agustus 14, 2022 1:58 am | Published by | No comment



Dalam perbincangan ringan, Gunawan sedikit kecewa dengan penutupan
celah itu sehingga cahaya tidak dapat masuk. Menurutnya, arsitektur modern
membutuhkan cahaya. Walau saat delegasi India berkunjung ke Rektorat UI,
mereka menyukai kesan gelap itu. Tapi yang saya rasa, Gunawan tidak dapat
menikmati permainan cahaya yang ditimbulkan dari masuknya cahaya ke dalam
ruangan. Perjalanan cahaya (dari pagi sampai sore) dan bayang-bayang yang
dihasilkan, serta potongan cahaya yang melesat tajam dengan kekuatan penuh,
kontras dengan sisi-sisi gelap yang ada di sekitarnya. Unsur teatris itu yang
hilang

Di Balai Kirti terdapat tangga lagi…menuju lantai dua, tempat rektor bekerja.
Cukup tinggi. Sangat tinggi. Yang pasti ketika saya mencoba menapaki tangga,
terengah-engah sampai tangga teratas. Pertanyaannya apakah prosesi yang
saya lakukan juga dilakukan oleh rektor yang berkantor di lantai itu? Jawabnya
tidak. Karena rektor menuju ruang kerjanya naik lift yang terletak di sisi
belakang bangunan. Lalu untuk apa dirancang seperti itu.

Ini berguna, jika ada acara di Balai Kirti, rektor menuruni tangga pelan-
pelan dari ruang kerjanya, di bawah sudah disambut oleh tamu, staf, dan
panitia acara. Mungkin bisa ditambah dengan paduan suara dan musik. Jadi
kesimpulannya, itu tangga hanya digunakan rektor untuk acara khusus, bukan
untuk sehari-hari menuju ruang kerjanya. Bukan untuk naik tapi untuk turun.
Bagaimana dengan ruang yang ada di rektorat, apakah melalui program ruang?
”Kalau rektorat simbolik betul, sangat powerfull.” kata Gunawan.

”Ada bangunan- bangunan tertentu, untuk memulai, tidak melalui atau agak
susah ditelusuri melalui program ruang. Programnya juga kita yang susun
sendiri. Lebih banyak merupakan ilustrasi saja, berdasarkan pengetahuan
yang kami anggap umum berlaku untuk sebuah kantor yang menjalankan
administrasi kampus. Rektorat tidak ada program ruangnya, sampai saat
sekarang masih banyak ruangan yang kosong. Yang paling penting itu, rektorat
harus menjadi landmark dari sebuah universitas dan lebih tinggi (bangunannya)
dari yang lain,” jelasnya.



Bangunan utama terdiri dari 8 lantai (ditambah attic). Di sekitarnya terdapat
empat bangunan kecil yang digunakan untuk kantor Lembaga Penelitian. Saya
tidak punya kesempatan melihat ruang-ruang di dalam bangunan. Hanya sekali
punya kesempatan berada di ruang Sidang senat Guru Besar (attic). Pada saat
penjurian sayembara Perpustakaan UI tahun 2009. Ruang ini tepat berada di
atas rongga besar yang saya lihat dari lantai dasar (Balai Kirti). Ruang besar
dengan balkon.

Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang cara kerja rektor, senat guru besar
universitas, dan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan perguruan
tinggi. Gunawan pasti lebih tahu. Menurutnya, ruang kerja rektor tidak
terletak di lantai puncak bangunan, tapi di lantai 2. Lantai puncak digunakan
untuk Ruang Sidang Senat Guru Besar Universitas. ”Gedung tertinggi di kampus
UI ini bukanlah mewakili kekuasaan, melainkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan
merupakan keputusan bersama orang-orang bijaksana. Rektor tunduk pada
amanat yang diembankan. Melalui, hasil sidang anggota senat yang mewakili
sivitas akademika perlu diamanatkan kepada rektor yang berada di lantai 2,
lalu perintah pengoperasian kerja diturunkan ke satuan-satuan pelaksananya di
lantai dasar, kemudian menyebar ke sasaran.”

Membaca ide dasar Rektorat UI, sangat mudah dimengerti. Empat
bujur sangkar kecil disatukan oleh satu bujur sangkar besar di bagian tengah.
Sedangkan pada tampak. Terbagi menjadi, kaki, badan, dan kepala. Kaki
berupa dasar bangunan, badan berupa empat tiang penyangga, dan kepala
berupa atap.

Dari ke-empat bujur sangkar, terdapat grid untuk meletakkan titik yang
berfungsi sebagai penyangga bangunan. Setiap lantai terdapat atap yang
mengelilingi kesatuan dari ke-empat bujur sangkar itu dan di bagian tengah,
ditutup oleh atap berbentuk limas.

”Kami mempelajari beberapa tipologi bangunan tradisional Indonesia,
kemudian menerjemahkannya pada rancangan bangunan. Tentu saja dengan
penafsiran yang baru dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan kegiatan yang
ada,” kata Gunawan saat ditanya tentang ide dasar pembentukan bangunan.
”Pembangunan kompleks Pusat Administrasi UI selesai tahun 1987. Ide
rancangan bangunan berlandaskan pada gaya arsitektur Indonesia,
menggunakan material lokal, dan memanfaatkan sinar matahari dan sirkulasi
udara alami.”




No comment for 92. Rektorat UI Karya Gunawan Tjahjono bab 20b

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>