114 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24h
(292 Views) Agustus 14, 2022 3:36 am | Published by Safitri ahmad | No comment
Setiap selesai presentasi, Gunawan selalu mempersilakan Ibu yang terlambat
tadi untuk bertanya atau memberikan komentarnya. Pada salah satu
kesempatan Gunawan berkomentar,”Sebagai penguasa perpustakaan.” Dari
kalimat itu saya mengetahui bahwa ia, pustakawan yang akan menggunakan
gedung tersebut. Memberi kesempatan pada calon pengguna untuk bertanya,
berkomentar, dan memberi masukan.
Pertanyaan yang diajukan ibu itu mengambarkan kegiatan yang mereka lakukan
sehari-hari yang diterapkan pada rancangan, misalnya, penataan buku dan
koleksi digital. Kapasitas ruang untuk menyimpan buku dan jumlah buku yang
terus bertambah setiap tahun. Main entrance yang memudahkan pengawasan
keluar masuk pengunjung. Serta atap dari rumput yang menimbulkan rayap
dan membuat biaya maintenance menjadi lebih besar.
Presentasi berakhir pukul 16:00 WIB. Setelah itu Juri dan Rektor rapat. Saya
masih ingin menunggu, ingin tahu siapa pemenang sayembara ini. Tapi sore ini
ada janji dengan seorang teman. Saya putuskan pulang. Nanti, saya juga akan
tahu siapa pemenangnya. Untuk tahu lebih rinci proses penjurian dan alasan
penentuan pemenang, akan saya temui Gunawan, bila ada waktu lowong.
Satu setengah bulan setelah pengumuman pemenang sayembara perpustakaan
pusat UI. Saya menemui Gunawan.
Saya datang pas waktu makan siang. Gunawan mengatakan bahwa waktu
kosongnya pas makan siang. Ia memang tidak biasa makan siang. Jadi siapa
pun yang ingin menemuinya dapat menggunakan waktu itu. Ketika membuka
pintu ruang tamu dosen yang berderit-derit dan bikin gigi ngilu itu, terlihat
Gunawan sedang duduk dengan seorang tamu wanita. Saya terlambat, sudah
ada yang mendahului. Karena kursi di ruang tamu itu penuh, akhirnya saya
menunggu di luar. Tak lama pintu dibuka, tamu wanita itu pulang. Sekarang
giliran saya.
Saya duduk di kursi yang tadi ditempati tamu wanita itu. Di atas meja, ada
2 kotak pastel pastello. Pasti buah tangan wanita tadi. “Yang tadi itu murid
saya,” jawab Gunawan tanpa ditanya. Gunawan mengambil satu dari dua kotak
pastel, membukanya. “Silakan Fitri. Ambil. Enak.” Saya ambil satu. Gunawan
juga mengambil satu dari kotak yang sama. Sedangkan kotak lain yang masih
terisi penuh, diberikan ke teman sesama dosen.
Saya tidak pernah membawa buah tangan. Setiap datang selalu melenggang.
Hm…lain waktu saya akan bawa buah tangan juga, seperti murid Gunawan tadi.
Tapi, saya tidak yakin niat itu akan terwujud. Pasti lupa.
Gunawan bercerita ia baru saja ikut sayembara desain arsitektur gerbang tol
dan area istirahat jalan tol Kanci-Pejagan, yang diselenggarakan PT. Bakrieland
Development. Tbk dan Ikatan Arsitek Indonesia.
“Kalah,” katanya sambil tertawa.
“Saya katakan pada yang membantu. Bila saya ikut sayembara tidak mengejar
menang. Tapi memberikan “Statement.” Dan buat mereka, itu akan menjadi
portfolio yang bagus. Mereka cukup puas dengan hasilnya.”
“Di jalan tol, bikin jembatan ( di atas jalan tol menurut TOR dibuat jembatan)
itu tidak benar. Oleh sebab itu, saya bilang, tol “itu” yang jadi jembatan.
Semua fasilitas di bawahnya. Sehingga area itu tetap hijau semua. Saya mau
nguji, jurinya bisa nggak? Paham tidak apa maksud saya. Benar kan tidak
menang. Cuma saya senang, yang bantu saya, mereka bilang, “Kami puas.”
Karena itu, kalau ikut sayembara, kita itu bertaruh ide. Saya ceritakan ke
Ridwan Kamil (Emil), ia juga bilang ini orisional.”
No comment for 114 Pengalaman Gunawan Tjahjono Jadi Juri Sayembara Arsitektur bab 24h