59. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13a : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 59. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13a

59. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13a

(258 Views) Agustus 11, 2022 12:03 am | Published by | No comment



Di atas meja sudah terdapat tempe goreng, tahu goreng, ubi goreng
dalam piring besar. Tentu saja disajikan untuk kami, mahasiswa mata ajar
perkembangan kota yang sebentar lagi presentasi paper untuk ujian akhir.
Julien Tumundo, istri Gunawan, duduk di belakang memperhatikan mahasiswa
yang presentasi, sekali-kali ia membereskan gelas, piring, atau ngobrol dengan
mahasiswa. Sore menjelang, ia menyiapkan kopi dan teh. Peserta ujian yang
sudah kelelahan mendapat sedikit energi setelah meminumnya.

Saya temui Julien di rumah. Ia tipe ibu rumah tangga. Bukan tipe wanita karir:
wanita yang bekerja dan mengurus keluarga juga. Suaranya lembut, tenang,
dan tidak terburu-buru. Saya bingung, harus mulai dari mana, membongkar-
bongkar urusan keluarga, sangat tidak nyaman. Tapi Julien biasa saja. Siap
mendengar pertanyaan saya.



Mulai dari… pertemuan pertama ia dan Gunawan, lebih humanis.
“Jadi ketemu ibu duluan,” kata Julien. Ibu Gunawan bolak-balik dirawat di
RS.Cikini, Jakarta, Julien yang merawat, karena ia bekerja sebagai perawat,
walau, masih sekolah perawat tahun ke-2. Tak lama kemudian Gunawan dan
Julien pacaran, tahun 1965. Berarti mereka pacaran sejak Gunawan tahun
pertama di jurusan arsitektur UI. Tahun 1975, mereka menikah, di RS Cikini.
(Gunawan juga pernah bercerita di kelas bahwa ia menikah di RS Cikini, saat
itu, masih ada rusa yang berkeliaran di halamannya yang luas dan asri (RS.
Cikini sebelumnya rumah pelukis Raden Saleh.) Waktu itu pelajaran tentang apa
ya, saya agak lupa, tapi terkesan dengan ceritanya tentang rusa dan halaman
RS Cikini yang luas dan asri).

Setelah menikah, pasangan ini mengontrak di Tebet Barat. “Rumah itu
dikontrakkan kantor Bapak kalau tidak salah, satu tahun, ditambah lagi satu
tahun berikutnya.”

Tak lama Julien hamil dan Gunawan tidak memperbolehkan ia bekerja. Untuk
mengisi waktu ia usaha kecil-kecilan di rumah : membuat es puter, membuat
kue donat, berdagang. Tahun 1976, Aji lahir. Ismiaji Cahyono nama lengkapnya,
disusul oleh Puspa Cahyono satu tahun kemudian, tahun 1977. Si bungsu, Ary
Dananjaya, lahir tahun 1978.

Gunawan memanggil si sulung dengan Agie. Awalnya saya bingung, apa lafal
Aji menjadi Agie. Rasa penasaran itu saya sampaikan. Ia lalu menjelaskan
bahwa Aji mempunyai nama Mandarin, Chia Gim Gie yang berarti semarak. Chia
nama keluarga, Gim juga. Gie sama dengan Soe Hok Gie berarti pekerti. Hanya
Aji yang masih dipanggil dengan nama Mandarin di dalam keluarga. Walau
Puspa dan Ary juga mempunyai nama Mandarin. Puspa, nama Mandarinnya
Gim Sin berarti Mekar. Ary nama Mandarinnya Gim Cong berarti garis leluhur.
Nama Mandarin untuk anak laki-laki, Aji dan Ary, diberikan oleh Ayah Gunawan.
Sedangkan Puspa, Gunawan yang berikan.

Aji sudah menikah dan saya hadir di pesta pernikahannya, diundang Gunawan.
Kala itu, saya menemui Gunawan di TPAK dan ia masih sibuk menulis nama di
atas kartu undangan. Di atas meja masih terdapat beberapa kartu undangan
lain yang sedang menunggu giliran untuk dituliskan nama. Masih ada banyak
undangan di dalam keranjang parcel berenda itu, yang belum dibagikan.
Setelah selesai menulis satu nama. Ia mengambil satu undangan lagi,
menuliskan nama saya.

“Pak Gun langsung bagikan undangannya Pak?”
“Iya…kata Pak Slamet (Slamet Wirasonjaya), “You are good father ”,” kata
Gunawan sambil menulis.




No comment for 59. Keluarga Gunawan Tjahjono bab 13a

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>