76. Menelusuri Gunawan Tjahjono Karya bab 16c
(209 Views) Agustus 11, 2022 9:06 am | Published by Safitri ahmad | No comment
Sedangkan karya zaman sekarang, denah dan foto sudah dalam bentuk digital.
Tampilan lebih bersih dan kinclong. Beda dengan foto rektorat, warnanya
sudah memudar dan terdapat garis-garis dan titik hitam, saking lamanya, tapi
tak apa saya bisa foto ulang.
Dari semua karya, selalu ada penjelasan bahwa karya itu tidak dikerjakan oleh
Gunawan seorang diri, tapi dibantu oleh beberapa orang dan namanya ditulis
lengkap, misalnya, Mei Mumpuni untuk rumah batu, Paulus untuk rumah
sewa Paseban, renovasi Pastoran Theresia terdiri dari tim yang anggotanya :
Paulus , Suk Gim, Lindawati, Dalhar Susanto, dan Ridwan.Tidak ada yang sama.
Rupanya, Gunawan bisa bekerja sama dengan siapa saja.
Dari semua karya, saya putuskan untuk membahas 4 karya terbangun: rektorat
UI (1984), rumah batu (1992), rumah sewa Paseban(2006), dan renovasi
Pastoran Theresia (2007), Alasannya, semua bangunan itu memungkinkan untuk
saya datangi dan merasakan ruang yang ada di dalamnya.
Empat karya saya rasa cukup mewakili karakter rancang Gunawan. Sedangkan
karya berupa sayembara dan master plan tidak akan saya bahas, karena
beberapa gambar yang tidak lengkap.
Sebenarnya saya ingin berkunjung ke rumah Nayoan. Saya mendapatkan
fotonya. Gunawan menceritakan bahwa ia sangat berkesan dengan rumah itu,
karena Nayoan memberikan kebebasan dalam berkarya dan ia dapat memenuhi
keinginan klien yang sesuai dengan gaya beraksitekturnya. Sayang, rumah
yang terletak di Jakarta Selatan itu sudah terjual. Sedangkan rumah Rose di
Tondano, Sulawesi Utara, juga tidak dapat saya datangi. Alasannya jauh. Jarak
Jakarta-Tondano itu jauh.
Tapi dua tahun kemudian, tak dinyana tak diduga, saya dapat proyek Master
Plan Universitas Negeri Manado (Unima), di Tondano. Cihui…mudah-mudahan
ada kesempatan cari-cari rumah itu. Saya tanya ke Gunawan di mana lokasi
rumah, saya ingin datangi. Rupa-rupanya ia belum pernah ke rumah yang
ia rancang. Ia hanya mengatakan, rumah itu dekat rumah Rektor Unima.
Mulailah pencarian disela-sela waktu pengerjaan proyek yang padat. Cari
rumah Rektor Unima dulu dan kemudian cari rumah rancangan Gunawan di
sekitarnya, berbekal daya ingat akan foto rumah tersebut. Tidak bertemu.
Rumah rektor Unima ketemu, karena diantar Pak Anto, rekanan yang
mengetahui rumah rektor tapi rumah rancangan Gunawan tidak ada. Sudahlah.
Tapi nasib bicara lain. Saat saya survei di sekitar kampus Unima, di Tondano,
tanpa sengaja saya menemukan rumah itu. Persis sama dengan foto yang
pernah diperlihatkan kepada saya. Senangnya….Cepat-cepat SMS Gunawan
kalau saya sudah temukan rumah rancangannya. Tapi, saya hanya sempat
melihat fasadnya saja. Tidak ada kesempatan untuk berkunjung dan menikmati
rancangannya lebih dekat. Proyek itu benar-benar menghabiskan waktu.
Saya juga tidak berharap banyak untuk menikmati Pastoran Theresia, Jakarta.
Saya menghormati institusi keagamaan. Gunawan juga tidak yakin saya dapat
menikmati karya itu. Saat saya tanya, pada siapa saya harus meminta izin. Ia
mengatakan, nikmati tamannya saja dulu, lalu menambahkan bahwa kantor
pengurus Pastoran Theresia berapa di lantai bawah.
Tapi rasa penasaran tidak terbendung. Coba saja. Datangi saja. Saya sampaikan
keinginan pada salah seorang staf, ia mengatakan bahwa Bambang, bagian
sekretariat sedang off hari ini, coba telepon lagi besok. Saya telepon, beliau
mengizinkan saya untuk memotret bagian dalam, kecuali pada area tertentu.
No comment for 76. Menelusuri Gunawan Tjahjono Karya bab 16c