48. Asisten dan Co-Teacher 9d
(286 Views) Agustus 8, 2022 11:01 pm | Published by Safitri ahmad | No comment
Co-teacher.
Hm…saya belum pernah berada dalam kelas yang ada co-teacher,
jadi tidak bisa menggambarkan bagaimana pembagian tugas antara teacher
dan co-teacher. Herlily, co-teacher Gunawan untuk mata ajar kota dan
perkembangannya di Program Pascasarjana Kajian Pengembangan Perkotaan.
Saat saya di sana, belum ketemu Herlily. Lalu bagaimana pembagian kerja
antara teacher dan co-teacher, Gunawan dan Herlily?
Menurut Herlily, biasanya Gunawan menjelaskan secara garis besar materi/
bahasan pertemuan hari itu, kemudian diskusi, setelah itu tugas. Untuk tugas,
Herlily yang menyampaikan. Ini kelas seminar, jadi lebih banyak diskusi. Jika
Gunawan hadir, mahasiswa jadi pendiam. Tapi kalau ia tidak hadir (ini jarang)
kelas menjadi lebih dinamis. Banyak yang bicara. Diskusi menjadi lebih hidup
karena mereka memberikan argumen berdasarkan latar belakang masing-
masing : pegawai pemda, wartawan, pegawai PU, dan lain-lain.
Kenapa setiap Gunawan hadir di kelas, mahasiswa enggan buka suara, mereka
lebih suka diam, pura-pura membaca, pura-pura berpikir (ehm…ini pengalaman pribadi)? Pada hal di kelas ia juga tak banyak bicara, bertindak sebagai
pemancing diskusi dan memperhatikan alur diskusi saat diskusi berlangsung.
Kata Herlily,” Jika ada mahasiswa yang asal bicara, pasti akan ditanya balik.
Ini menyebabkan mahasiswa takut-takut memberikan komentar dan bertanya.
Sehingga mahasiswa yang berani bicara tidak sembarangan mengeluarkan
komentar, tidak sembarangan mengritik tanpa alasan yang jelas.”
Namun dengan Herlily, mahasiswa lebih terbuka, lebih berani bertanya dan
memberikan argumen di dalam diskusi, sehingga banyak poin baru yang
muncul. Herlily dan Gunawan mengajar bersama dari awal sampai akhir
semester, tidak setengah semester Gunawan dan setengah semester Herlily.
Awalnya Herlily menjadi asisten Gunawan untuk mata ajar metode
perancangan arsitektur dan fasilitator perancangan arsitektur V dari tahun
1998-2001, kemudian ia melanjutkan pendidikan ke USA dan kembali ke UI
tahun 2008. Semester Genap 2009/2010 menjadi co-teacher untuk kelas
mata ajar lingkungan daur hidup (mata ajar pilihan), di jurusan arsitektur UI
dan semester Genap 2010/2011 menjadi co-teacher di Pascasarjana Kajian
Pengembangan Perkotaan untuk mata ajar kota dan perkembangannya. Saat
Herlily menjadi mahasiswa di jurusan arsitektur UI (1986-1991), Gunawan
sedang melanjutkan pendidikan di Amerika.
Gunawan memperkenalkan metode belajar yang
peran dosen, pengampu, fasilitator, tidak memberikan
jawaban atau solusi atas pertanyaan mahasiswa,
tapi mengarahkan mahasiswa untuk mencari sendiri
jawabannya dan memberikan penilaian. Herlily
mengistilahkan metode itu,”temu sendiri”. Untuk
membuktikan secara akademis metode yang ia
terapkan, ia melakukan riset. Ada dua kelas yang
diriset. Kelas yang diampu dengan metode lama dan
kelas yang diampu dengan metode “temu sendiri”.
Herlily menjadi fasilitator untuk kelas metode “temu
sendiri”.
“Ada keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru yang mungkin lebih baik
dari metode yang ada sebelumnya. Ini “lebih baik” dalam tanda kutip atau
merangsang proses pembelajaran, karena kita bukan mengajar tapi mendidik.
Ada nilai-nilai baru yang ditanamkan. Tentu metode yang disampaikan Pak
Gunawan tidak dengan mudah diterima. Fasilitator memberikan bimbingan
pada mahasiswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu fasilitator
harus mempunyai pengetahuan cukup tentang mata ajar yang akan dipelajari,
sehingga mahasiswa dapat mengembangkan diri dari bahan yang diberikan oleh
fasilitator.”
Pada saat itu, belum banyak dosen dan mahasiswa yang bisa atau terbiasa
dengan metode baru tersebut. Dosen masih terbiasa memberi pengetahuan
dan mahasiswa masih terbiasa meminta/bertanya dan dosen memberi jawaban.
“Pernah satu kali saya mendapat tugas dari Pak Gunawan untuk mengordinasi
sebuah konferensi nasional, …ya sudah dilepas begitu saja…Waktu itu saya
tidak sadar, tapi saya yakin itu pasti ada maksudnya. Begitu juga kalau di
kelas, ia selalu memberi umpan pada asisten dan mahasiswanya. Tidak pernah
mengajarkan dan memberi tahu, sebenarnya ia memberikan satu pembelajaran
tapi kita tidak sadar bahwa kita dalam satu proses pembelajaran. Kadang ada
asisten atau mahasiswa yang tidak paham apa yang disampaikan Pak Gunawan
karena memang ia, seseorang yang tidak memberitahu sampai tuntas, kita
memang disuruh pikir sendiri,” kata Herlily.
No comment for 48. Asisten dan Co-Teacher 9d