29. Belajar Gaya Amerika bab 6a
(282 Views) Agustus 7, 2022 11:34 pm | Published by Safitri ahmad | No comment
”Saya suka dengan kelas seminar, diskusi, saya mendapat hal-hal baru dari
argumen yang disampaikan teman,” ujar saya pada Gunawan.
”Di Indonesia, lebih banyak pengajaran. Pendidikan sebetulnya bukan
pengajaran. Supaya mahasiswa mendapat pengetahuan lebih banyak
(acquisition of knowledge) mereka harus amati. Catat. Lalu dapat
pengetahuannya. Mahasiswa perlu kerja sama, lalu, mereka harus bisa
presentasi. Sebenarnya gaya belajar di sana (Amerika) yang saya terapkan
dalam setiap mata ajar arsitektur. ”
“Bagaimana cara Pak Gun belajar di Amerika, banyak baca buku juga ya Pak…”
tanya saya ingin tahu, gaya belajar Gunawan ketika mengambil gelar master
dan doktor di Amerika.
“Saya sudah baca 90 artikel dan profesor masih tanya, “Kok Kamu belum baca
yang ini.” Mati tidak. Masih untung mereka tetap memberi saya nilai A, dan
itu belum cukup. Bayangkan, Anda mendapat nilai A itu bagaimana. Dapat A
+ itu bagaimana. Kalian baru baca; satu, dua, tiga, empat, lima buku. Paling
banyak karangan Kevin Lynch. Kelihatannya yang paling berkesan itu Kevin
Lynch.”
“Bagaimana sebuah buku itu layak dijadikan referensi dibandingkan buku yang
lain.”
”Biasanya kita bahas buku terbaru, yang isinya ada hubungan dengan buku
yang lain. Untuk itu kita juga harus telusuri buku-buku yang berkaitan dengan
buku baru itu.”
”Di Berkeley, kalau kita tidak sempat baca buku secara lengkap, kita baca
review orang lain tentang buku itu. Setelah kita baca beberapa review, tahu
isinya baru kita pilih untuk dibaca secara lengkap. Begitu. Review itu kan orang
sudah kritik buku itu, jadi sudah tahu isinya. O…ini begini. Ada kelemahan.
Lalu dicatat. Habis itu kita baca, kita pilih, fokus di beberapa tempat. Begitu…”
”Sistim di Amerika menurut saya sangat bebas. Yang namanya universitas,
berarti kita bisa ambil mata ajar di mana saja. Tidak hanya di jurusan yang kita
pilih. Profesornya bagus-bagus seperti Spiro Kostof. Ia tokoh. Richard Meier,
itu advisor saya. Di UCLA sempat ganti advisor karena diskriminatif. Diprotes.
Diganti. Dikasih penganti. Enak…di Amerika sangat demokratis.”
”Ada Charles Moore, Berge Aran, Marvin Anderson, George Stiny. Hampir
semua saya tahu nama mereka (dosen di Amerika sana). Semua adalah penulis
buku (authority). Semua adalah tokoh. Anda bayangkan gimana tidak bagus.”
”Spiro Kostof kalau memberi kuliah melihat muka mahasiswa. Terus ia tidak
lihat slide, waktu saya kuliah belum ada komputer. Ia mesti siap dan ia bilang,
”Dan kelas coba lihat di pojok kanan,” ia sudah hapal. Hebat. Ia cuma bicara
saja. Di pojok kanan, di pojok atas, ada……..bicara terus. Persiapannya luar
biasa. Spiro Kostof (pengarang buku : The City Shaped). Tapi ada juga dosen
yang bikin kita mengantuk, karena membosankan. Charles Moore. Kalau
Charles Moore mengajar, semua orang mengantuk, tiba-tiba bangun karena
sudah terang. Ada mahasiswa yang ngorok, kalau ia ngomong…. ”Gunawan
berguman, menirukan cara Charles Moore bicara di kelas.
Charles Moore meminta mahasiswanya untuk mengunjungi karya Louis Kahn,
termasuk Gunawan yang memang pengagum Louis Kahn sejak lama. Ini jawaban
Gunawan kenapa begitu kagum pada Louis Kahn: ”Tulisan-tulisannya sangat
fenomenologis. Ia ingin kalau orang start (memulai sesuatu) jangan dari yang
sekarang, tapi dari nol, mundur-mundur sampai ia nol. Saat benda itu belum
terjadi, di situ start nya. Saya pernah kunjungi karya Louis Kahn di Amerika, hampir
semua. Disuruh Charles Moore itu, ”Kamu harus lihat bangunan Kahn.” Kami bikin
tour. Hebat. Setelah melihat bangunannya baru memahami apa yang di-omongin,
silence…sunyi. Luar biasa deh.”
Pada satu kesempatan Gunawan pernah menjelaskan salah satu bangunan Louis
Kahn pada saya, Kimbell Art Museum, Fort Worth, Texas, Amerika. Ia menjelaskan
bagaimana Louis Kahn merancang cahaya masuk ke dalam ruangan: pantulan cahaya, warna cahaya, suasana yang ditimbulkan, lengkap. Dari cara ia menjelaskan penuh semangat dan ditambah gerakan tangan serta ekspresi wajah, cukup membuat saya yakin bahwa Gunawan benar-benar pengagum Louis Kahn.
No comment for 29. Belajar Gaya Amerika bab 6a