39. Murid bab 8a
(239 Views) Agustus 8, 2022 10:40 pm | Published by Safitri ahmad | No comment
Kata murid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: orang (anak) yang sedang
berguru (belajar, bersekolah). Kata mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia : orang yang belajar di perguruan tinggi. Sedangkan kata murid
menurut saya, pada bab ini adalah orang yang sedang berguru, dan orang yang
sudah selesai berguru kepada Gunawan.
*
Kursi disusun membentuk U, saya rada heran, kenapa susunan kursi berubah
biasanya berjejer ke belakang. ”Kalau yang mengajar Profesor Gunawan
Tjahjono, susunan kursi harus disusun seperti ini, karena kelasnya diskusi,” kata
Tara, staf Kajian Pengembangan Perkotaan yang sibuk menyusun kursi. Setelah
rapi, saya memilih untuk duduk di lapisan ke-2, bagian belakang. Jauh dari
meja guru. Namun, tetap saja tidak bisa menyembunyikan badan dari teman
yang berada di depan. Begitu masuk kelas, Gunawan basa basi sebentar dan
menuliskan namanya dengan ejaan lama : Gunawan Tjahjono. Diikuti dengan
penjelasan bahwa,“Saya lahir tahun 1945, saat itu berlaku ejaan lama.” Tetap
saja terjadi kesalahan oleh murid yang tak teliti menjadi : Gunawan Cahjono atau
Gunawan Cahyono atau Gunawan Tjahyono.
Saya memperhatikan setiap gerakannya, mendengarkan, dan mencoba
mengetahui pelajaran apa yang akan disampaikan. Ini kelas seminar, murid
aktif berdialog dengan dosen. Gunawan melemparkan masalah, murid memberi
jawaban. Tetapi jawaban itu ditanggapi dengan diam. Sehingga kita tidak tahu
apakah jawaban itu benar atau salah. Di akhir pertemuan ia selalu mengingatkan
untuk membaca buku ini dan itu untuk pertemuan minggu depan.
Bacaannya banyak. Bahasa Inggris pula. Saya kesulitan membacanya. Paling top
buku itu hanya saya baca 2-3 lembar setelah itu saya bosan dan jenuh. Beda
kalau baca novel (bahasa Indonesia), novel dengan tebal 300 halaman bisa
selesai dalam sekejap. Tidak hanya saya, teman-teman mengalami kesulitan
serupa. Akhirnya kita sepakat, bahan bacaan itu dibagi-bagi dan setiap anak
menuliskan setiap bagiannya. Ini lebih mudah dan saya jadi semangat karena
pekerjaan membaca menjadi lebih ringan. Kita bikin milis sebagai ajang
komunikasi.
Selanjutnya milis juga berfungsi bertukar tugas. Pernah kejadian, Gunawan
menulis di cover paper tugas Iwan (bukan nama sebenarnya) ,”Tugas Iwan persis
sama dengan tugas Raffi (bukan nama sebenarnya).” Iwan cerita ke saya,”Raffi
payah banget nih ia hanya mengganti cover dengan namanya. Sedangkan isi
persis sama dengan tugas saya.” Yang sebenarnya terjadi adalah Raffi menyontek
tugas Iwan, tapi Gunawan tidak tahu siapa yang menyontek dan siapa yang
disontek.
Tuntutan Gunawan terhadap muridnya begitu besar. Harus punya wawasan yang
luas (dari membaca buku atau pengalaman). Harus pintar. Harus punya cara
pikir yang tajam. Harus punya ide-ide baru dan segar. Harus rajin enggak boleh
malas, harus….harus… cara Gunawan bereaksi menunjukkan hal itu. Kalau murid
menjawab asal-asalan, ia langsung males. Beda betul reaksinya ketika muncul
jawaban bagus dan ide baru. Matanya langsung berbinar-binar dan tersenyum
senang.
Saya mengikuti pelajaran yang ia ajarkan dan berusaha semaksimal mungkin
membaca…membaca…terus agar mencapai standar yang ia ingin. Tetap saja
merasa waktunya tidak cukup, masih banyak buku yang belum dibaca, kurangnya
pemahaman terhadap sesuatu hal. Bingung. Untuk itu saya selalu memperhatikan
cara Gunawan mengajar, kalimat-kalimat yang diucapkan, dan mempelajari
koreksi yang ia buat pada tugas. Tidak hanya tugas saya, tugas teman juga.
Namun, setelah 10 kali pertemuan saya mulai paham. Mulai memahami cara
berpikirnya. Mulai mengerti arah mata ajar. Mulai tahu apa yang harus saya
lakukan. Saya juga suka dengan tugas akhir. Saya bisa menulis apa saja. Sebelum
tugas itu dikerjakan, saya ingin ia memberi komentar terhadap ide itu. Saya tulis
proposal tugas akhir itu dalam selembar kertas, judul dan apa yang ingin ditulis.
Gunawan membaca sebentar dan memberi komentar dengan 3 kata, yaitu
”transportasi, hubungan sosial, dan perdagangan,” (saya menulis tentang parkir
di Waduk Melati, Tanah Abang, yang tidak berfungsi optimal). Itu saja. Saya
terdiam. Setelah berapa lama baru saya memahami artinya. Kenapa Gunawan
hanya menyampaikan 3 kata itu, kenapa tidak memberi penjelasan,”maksudnya
begini…begini…begini…bla…bla…bla.”
Mungkin Gunawan bukan dosen yang suka
menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar hingga
muridnya mengerti. Tetapi mungkin juga ia sengaja
menahan diri untuk tidak memberikan penjelasan.
Ia ingin memberikan kesempatan pada saya untuk
berpikir.
No comment for 39. Murid bab 8a