25. Tema yang Utama bab 5b
(251 Views) Agustus 7, 2022 11:24 pm | Published by Safitri ahmad | No comment
”Apa, mahasiswa memahami panduan perancangan itu, uraian kegiatan, cara
penilaian, dan apa yang diinginkan?”
”Mahasiswa saya sudah biasa dengan cara saya Fitri. Metode perancangan
di jurusan arsitektur UI satu-satunya yang sangat berbeda dari metode
perancangan di jurusan arsitektur universitas yang lain, dan itu mata ajar
saya. Karena memulai merancang dengan fenomenologi. Di jurusan arsitektur
universitas negara lain tidak ada yang begitu. Mahasiswa saya sudah biasa
berpikir abstrak. Jadi membaca tulisan saya sudah biasa.”
”Di dalam pelaksanaan perancangan V ini, banyak hal yang saya pelajari. Salah
satunya, sangat tergantung pada pengampu (dosen/fasilitator) juga. Banyak
pengampu yang tidak mengerti bagaimana melaksanakan proses perancangan
dengan metode tematik dan fenomenologi. Datang memberi asistensi. Hal-hal
itu yang seharusnya tidak boleh terjadi.”
”Maksudnya?”
”Masih memberikan asistensi. Pengampu memberi solusi pada rancangan,
misalnya,” Bentuk ruang mestinya begini saja.” Itu tidak betul. Itu yang
sebenarnya tidak boleh. Detil (gambar detil seperti bentuk pintu, jendela,
tangga, dll.) mesti dicari, bukan diberikan.”
”Buat saya itu kegagalan sih. Mahasiswa senang saja, karena tidak perlu
berpikir dan mencari. Mestinya mereka menemukan sendiri : setiap detil,
bentukan ruang, material yang digunakan. Pantesan itu (gambar detil) sama
semua. Itu yang juga dilihat oleh Yandi (dosen arsitektur UI).”
“Apa ada mahasiswa yang mendatangi Pak Gun ke ruang dosen untuk
bertanya?”
“Tidak. Mereka tahu saya ada, mungkin, tapi mereka tidak mendatangi saya.
Yang paling tidak bagus bagi bangsa kita adalah sifat yang malas mencari,
kurang disiplin diri, selalu mencari excuse (alasan).”
“Tanggung jawab pada diri sendiri justru penting. Bukan untuk saya. Saya
melaksanakan studio yang sebetulnya membentuk banyak sikap. Buat saya
tidak ada excuse bila mereka tidak disiplin. Saya bila marah, saya betul-betul
marah.”
“Saya alami fasilitas yang tidak lengkap. Saya menggambar freehand. Di bawah
kertas gambar ada kertas milimeter (Dulu menggambar dengan meja gambar
dan untuk memandu ukuran, meja gambar dilapisi kertas milimeter. Sekarang semua serba komputer). Kalau saya sampai makan di meja gambar (bukan
di meja makan ya, saking sibuknya). Mahasiswa di sini tidak perlu sampai
begitu. Harus menunjukkan performace. Jangan semua tergantung komputer,
tangannya tidak hidup.”
“Mereka senang menggunakan komputer karena merasa performace-nya lebih
bagus dibanding freehand?,” bela saya.
”Banyak owner yang tidak ingin melihat gambar komputer. Maunya lihat sketsa
tangan. Tidak boleh ada excuse. Pulang ( mahasiswa mengerjakan gambar
dengan komputer di rumah) untuk apa? Saya perlu lihat sketsa. Jadi, arsitek di
depan owner langsung membuat sketsa. ”Ini yang Bapak maksud,” tidak tunggu
gambar komputer.”
”Cara kerja yang selalu mengandalkan komputer,” kata saya.
”Mahasiswa terlalu mengandalkan komputer. Itu ada resiko. Ada konsekuensi.
Yang kami (pengampu) inginkan dua-duanya jalan. Tidak bisa mendesain
langsung menggunakan komputer, pasti jelek. Buat dulu skema besar, bikin
sketsa, baru nanti komputer bisa menerangkan, memperjelas.”
”Tiap mengikuti sayembara, saya juga hadapi hal yang sama, anggota tim
sayembara yang menggambar (Gunawan biasa jadi konseptor) sejak semula
sudah menggunakan komputer, tidak bisa menggambarkan gagasan saya.”
”Panduan perancangan V semester ini sama dengan semester sebelumnya
Pak?”
”Agak beda. Saya tidak biasa menangani yang keterbangunan (rancangan dapat
dibangun). Saya biasa menangani yang eksplorasi gagasan. Kalau eksplorasi
gagasan sangat menekankan tema. Bisa dibangun dan tidak bisa dibangun tidak
masalah. Peraturan bangunan bukan materi yang paling penting.”
”Ketentuan untuk sayembara masih mengikuti peraturan sih, tapi saya selalu
mengutamakan eksplorasi tema. Konsep. Saya sendiri membuat keterbangunan
(rancangan dibangun), jam terbangnya sudah banyak, kalau mahasiswa belum.”
”Ada beberapa mahasiswa yang kesulitan menerjemahkan tema, dan
mengaplikasikannya untuk keterbangunan?”
”Ya. tapi tidak tanya kan?”
”Apa mereka jarang berkonsultasi ke Bapak?”
”Ya. karena bila asistensi ke saya, saya tidak akan memberikan jawaban.”
No comment for 25. Tema yang Utama bab 5b