23. Mengamati Studio bab 4g : Safitri Ahmad
Menu Click to open Menus
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 23. Mengamati Studio bab 4g

23. Mengamati Studio bab 4g

(141 Views) Agustus 6, 2022 2:49 am | Published by | No comment



*
Presentasi terakhir, pengujinya dari luar, maksudnya bukan dosen arsitektur UI,
tapi profesional, praktisi arsitektur

Pukul 9:30 WIB saya sudah sampai di gedung arsitektur. Sesuai pesan pendek
yang dikirim Gunawan, presentasi dengan penguji dari luar (praktisi) akan
dimulai pukul 10:00 WIB. Saat berjalan di lorong menuju ruang BP3 (kelas
studio) melintas Kemas Ridwan (Ketua Departemen Arsitektur) menuju ruangan
ke arah perpustakaan. Saya berhenti berjalan dan berpikir, jangan-jangan
ujian tidak dilaksanakan di ruang BP3. Tak lama Kemas Ridwan keluar dari arah
perpustakaan berlalu menuju ruang yang lain.

Saya menuju ruangan yang tadi ditinggalkan Kemas Ridwan. Rupanya sudah
tercantum daftar nama mahasiswa yang akan ujian di ruangan itu. Saya
meneliti nama mahasiswa yang masuk dalam bimbingan Gunawan. Ternyata
mereka tidak berada dalam satu kelompok ujian. Saya bertanya pada
mahasiswa bimbingannya yang sedang memasang bahan presentasinya pada
papan panel yang tersedia. Ternyata terdapat 5 kelompok. Mahasiswanya
dibagi ke dalam 5 kelompok yang berada di 5 ruangan yang berbeda-beda.
Tiga kelompok di ruangan sebelah perpustakaan arsitektur. Sedangkan yang 2
kelompok di lantai dua, ruangan di sebelah ruang multi media.

Sekitar pukul 10 : 10 WIB Gunawan dan beberapa orang dosen turun dari ruang
dosen dan menuju satu ruangan untuk memberikan penjelasan. Penjelasan
pada mahasiswa dan penguji dari luar, usai penjelasan semua menuju ruang
ujian masing-masing. Saya memutuskan ikut kelompok ujian dengan penguji
Heri dari Arkonin. Sebagian mahasiswa peserta ujian masih memasang produk
mereka untuk dipresentasikan. Mereka belum siap. Padahal sudah pukul 10 : 35
WIB. Akhirnya diputuskan yang sudah siap langsung diuji.



Sebagai pengantar, Emirhadi, fasilitator perancangan V yang mendampingi penguji dari luar memberikan penjelasan tentang konsep makna Timur dan
kelompok kontemplatif. Saya mendengarkan pertanyaan penguji pada peserta
ujian itu. Parkirnya berapa banyak? Cukup tidak untuk kapasitas gedung? Tahu
peraturannya? AC bagaimana? Apakah menggunakan AC split atau central?
Pertanyaan teknis, tidak konsep.

Saya mengikuti beberapa presentasi dan pertanyaan yang diajukan, tidak pada
hubungan tema dan penerapannya pada rancangan, tapi kondisi yang mereka
temui sehari-hari, pada pekerjaan sehari-hari. Masalah teknis dan detil.
Apa dampak pertanyaan itu untuk peserta perancangan V? Ini jawaban Rizky
”Masih banyak hal teknis yang belum saya lakukan dan belum saya pikirkan.
Yang krusial banget, saya lupa menggambar trotoir di depan bangunan. Waktu
itu malu banget, hal sekecil itu saya lupa.”

Lalu, bagaimana Rizky menanggapi pertanyaan, ”Apa ada bangunan untuk
tempat bermain anak-anak? Rizky memang merancang bangunan yang
digunakan untuk bermain anak-anak. Ini jawaban Rizky, ”Jadi dari awal, Pak
Gun pernah bilang, kita mau bangunan komersial atau bangunan sosial tidak
apa-apa. Tapi saya sih mengerti penguji dari luar itu bilang begitu, karena ia
praktisi, lebih ke arah teknis, bagaimana itu bisa dibangun. Mesti melihat dari
sisi kenyataannya. Jadi wajar kalau ia ngomong seperti itu. Kan ada biaya, ia
lebih memikirkan biayanya, karena sudah biasa (biasa menangani proyek).”
Bijak cara ia menjawab, ia tahu Gunawan mementingkan eksplorasi gagasan,
sedangkan penguji luar,”sisi ekonomi.”

*
Apakah mereka mengetahui apa yang dinilai oleh Gunawan? Mereka menjawab
serempak “Tidak tahu” tapi kemudian dengan ragu menjawab, “Sepertinya
proses pengerjaannya,” jawab Rizky. Kalau jawaban Terry,”Kesinambungan
antara semuanya. Kalau sudah mengikuti seluruh proses yang telah
dijadualkan, kemungkinan baguslah dan harus ada kesatuan dengan hasil.”
”Pokoknya sama Pak Gun itu tidak bisa santai. Harus rajin. Jadi disiplin. Kita
tidak pernah disalahin. Atau …Jadi seperti membangun. Kita berpikir lagi,
mengembangkan pikiran ke hal lain. Beliau mampu membuka pikiran dan cara
beliau berbicara kelihatan banget kalau beliau menghargai orang. Jadi sesedikit
apapun yang kita kerjakan masih dihargai,” kata Terry.

Kalau Rizky,”Terus terang saya senang studio kemarin. Walaupun standar
Pak Gun bisa dibilang tinggi. Yang saya senang tidak pernah di judge apapun.
Cara berpikir kita, cara kerja kita…., keluarannya pun tidak pernah di judge.
Kritiknya dengan cara membangun. Jadi kita selalu positif menangapi komentar
Pak Gun. Umumnya ada fasilitator yang….apa ya… tidak menerima untuk hal-
hal yang … kayak coret-coretan enggak jelas gitu. Tapi kalau Pak Gun justru
menghargai. Menghargai apa yang kita lakukan.”




No comment for 23. Mengamati Studio bab 4g

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>