104. Sayembara Bangka Belitung bab 23b : Safitri Ahmad
TRENDING
Home » BUKU PROF. GUNAWAN TJAHJONO » 104. Sayembara Bangka Belitung bab 23b

104. Sayembara Bangka Belitung bab 23b

(233 Views) Agustus 14, 2022 3:13 am | Published by | No comment



*
Pada pertemuan berikutnya Edi memberikan tema pertambangan. Proses
pertambangan batu bara. Mulai penggalian, pengangkutan, dan produksi.
Dini memfokuskan diri pada kebudayaan Bangka Belitung, menurut ia, ada 9
tonggak utama untuk rumah Bangka Belitung. Sedangkan saya, museum ruang
luar. Masing-masing menjelaskan tema masing-masing.
Kemudian Gunawan membawa kita ke luas dan karakter tapak. Dari gambar itu,
ada 3 zona masing-masing : 80 ha, 100 ha, 90 ha.
Gunawan memberikan pertanyaan, “Kira-kira luas itu sebesar apa? Untuk yang
90 ha kira-kira luasnya sebesar apa?”
“Ancol.” Tebakan Edi.
“Ok,” katanya.
“Kalau 100 ha”
“….Hm….Ragunan,” tambah Dini ragu-ragu.
“Kalau yang 80 ha….mungkin Monas,” tambah saya.
Walau semua jawaban berupa tebak-tebakan, tapi Gunawan membenarkannya.
“Saya ingin kalian mengenali skala.”
“Kalau dengan area seluas itu, bagaimana pencapaiannya?”
“Dengan kereta,” ujar Edi.
“Kalau jalan kaki? Bisa berapa lama?”
“Satu jam lebih.”

“Berapa waktu tempuh dalam jarak 100 meter?”
“Sepuluh menit Pak,” ujar saya mantap.
Gunawan tertawa, “Terlalu lama…jalannya secepat apa?”
Ups…saya memang tidak pernah menghitung berapa waktu tempuh jalan kaki
dalam 100 meter. Tidak kepikiran juga menghitungnya. Jalan….jalan saja.
Tahu-tahu sampai.
“Bagaimana lautnya, apakah berangin kencang?”
“Ya Pak berangin, karena itu laut Cina Selatan,” kata saya yakin. Lebih tepatnya
berusaha tampil yakin.
“Kenal arsitek lansekap Lawrence Halprin,” tanyanya pada saya. Satu-satunya
arsitek lansekap di tim ini.
“Tidak.”
“Ia yang merancang lansekap pinggir laut di Sea Ranch, California. Ia menanam
tanaman yang tidak tumbang walau diterpa angin laut yang kencang. Tanaman
itu hanya meliuk, dan kembali lagi ke posisi semula. Bagus.”
“Siapa arsitek lansekap yang kamu suka?”
“Siapa ya…kalau di Indonesia tidak ada. Hm….Bill Bensley dan Belt Collins,”
kata saya seingatnya.



“Ada juga Geoffrey Jellicoe, arsitek lansekap dari Inggris.”
Gunawan mulai bertanya tentang bentuk-bentukan ruang pada arsitektur
lansekap. Aduh saya pusing menjawabnya. Bagaimana bentukan ruang yang
tegas, lembut, mengalir…aduh, bagaimana ya…saya sudah lupa, sudah lama
sekali tidak merancang. Ia memperlihatkan buku Landscape Architecture,
karangan John Ormsbee Simonds dan memperlihatkan bentukan ruang
yang ada. Saya langsung ingat, zaman dulu pernah fotokopi, entah kemana
sekarang.

Selama diskusi Gunawan, memperlihatkan jalan setapak di atas permukaan
yang ada di Singapura. Konstruksi jalan setapak di atas hutan kota itu, katanya
memenangkan award. Siapa ya arsiteknya? Saya lupa. Ia juga mempersilakan kita membaca semua buku yang ada di atas meja. Buku yang sudah
dipersiapkan untuk sayembara Bangka Belitung ini.

“Silakan baca,”
“Coba cari ide dari buku-buku ini.”
Kita ditinggal dan dibiarkan melihat buku-buku itu. Gunawan pergi membaca
koran di ruang keluarga, ruang yang ada di sebelah kami.
Dini tertarik dengan buku pola geografi bentukan kota. Saya melihat-lihat buku
lansekap (walau saya seorang arsitek lansekap, tapi buku lansekap Gunawan
yang seorang arsitek itu lebih lengkap dari saya). Edi sibuk dengan buku
lainnya.

Setelah baca-baca Gunawan kembali menanyakan ide apa yang telah kita dapat.
“Kita harus buat tema yang tidak terpikirkan oleh orang lain.”
Semua diam.
Apa ya, tema yang orang lain tidak pikirkan. Kalau museum ruang luar, pasti
orang lain bisa pikirkan.
Lalu ia memberi contoh.
“Misalnya.”
“Dulu saya pernah membuat galeri berdasarkan waktu, time line.”
Sayembara galeri nasional tahun 2001, sebagai juara kategori conceptually
adventurous, sayembara IAI.
“Bagaimana Pak Gun menerjemahkan time line ini dan temanya apa?” tanya
saya mencoba menghubungkan tema ke dalam bentuk.
Bisa saja semua mempunyai tema yang sama: time line akan tetapi aplikasinya
pasti berbe
da-beda. Lalu bagaimana membuat sesuatu yang tidak terpikirkan
oleh orang lain?
“Jadi, bangunan lama di gedung kesenian dipertahankan. Masa lalu (waktu
lampau) terletak di bagian bawah (tanah), bangunan lama (eksisting) dan masa
yang akan datang di bagian atas (bangunan yang menjulang). Ini mendapat
penghargaan tersendiri dari Antoine Predock,” kata Gunawan bangga.




No comment for 104. Sayembara Bangka Belitung bab 23b

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


center>